Kerajaan Sriwijaya: Sejarah, letak, Kehidupan, Peninggalan dan Keruntuhan

Peninggalan kerajaan Sriwijaya
Candis Palangka and Mahligai, Muara Takus, Sumatra / sumber 1.bp.blogspot.com
5/5 - (1 vote)

Balaibahasajateng, Kerajaan Sriwijaya: Sejarah, letak, Kehidupan, Peninggalan dan Keruntuhan – Banyak sekali kerajaan yang menorehkan sejarah penting dalam terentuknya Indonesia sebelum menjadi sebuah Negara.

Sriwijaya adalah salah satu kerajaan penting yang berdiri di abad ke 7.

Kerajaan Sriwijaya juga termasuk kerajaan yang berpengaruh besar terhadap kehidupan di Nusantara.

Kerajaan ini adalah kerajaan Melayu dengan nama yang berasal dari sansekerta.

Dua suku kata dalam nama Sriwijaya mengandung arti cahaya pada kata Sri kemudian berarti kemenangan dari kata Wijaya.

Jadi arti dari nama kerajaan Sriwijaya yaitu kemenangan yang bersinar.

Sesuai dengan makna dari namanya, Sriwijaya menjadi kerajaan yang terkenal hingga ke mancanegara.

Pendiri kerajaan ini adalah Dapunta Hyang yang mana Sriwijaya terus berkembang dari tahun ke tahun hingga memiliki kekuasaan yang amat luas.

Kekuasaannya mulai dari kawasan sungai Musi hingga ke wilayah Selat Malaka.

Kawasan tersebut pada masa itu merupakan sebuah jalur perdagangan India-China.

Kemudian wilayah kekuasannya juga merambat ke Selat Sunda, Selt Bangka, Jambi dan Semenanjung Malaka.

Table of Contents

  1. Bukti Sejarah Berdirinya Kerajaan Sriwijaya
  2. Lokasi Kerajaan Sriwijaya
  3. Struktur Pemerintahan
  4. Kehidupan Beragama, Sosial, dan Budaya Kerajaan Sriwijaya
    1. Kehidupan Agama
    2. Kehidupan Sosial
  5. Runtuhnya Kerajaan Sriwijaya
  6. Kehidupan Politik Kerajaan Sriwijaya
    1. a. Raja Kerajaan Sriwijaya yang terkenal
    2. b. Wilayah Kekuasaan Kerajaan Sriwijaya
    3. c. Hubungan dengan luar negeri
  7. Peninggalan Kerajaan Sriwijaya
    1. Prasasti
    2. Koin
    3. Candi

Bukti Sejarah Berdirinya Kerajaan Sriwijaya

Berdirinya kerajaan Sriwijaya diceritakan dan dibuktikan tidak hanya dari sumber dalam negeri saja dalam bentuk prasasti.

Akan tetapi terdapat sumber kabar dari China, India, dan Arab yang menjelaskan asal-usulnya.

Berikut perbedaan dari ke 3 sumber luar negeri tersebut:

a. Kabar dari Cina

perjalanan yang dilakukan oleh seorang pendeta Budha bernama I-Tsing memberikan sebuah cerita tentang Sriwijaya.

Perjalanan yang dilakukannya dari China ke India guna menimba ilmu mengantarkannya pada kerajaan Sriwijaya dan singgah selama 6 bulan.

Di sana ia belajar bahasa sansekerta hingga mampu menerjemahkan kitab Hastadandasastra ke dalam bahasa China bersama guru Buddhis, Sakyakirti.

Dalam kisah yang dikabarkannya, I-Tsing menjelaskan bahwasanya kerajaan Sriwijaya menganut agama Budha.

Dalam kisahnya juga dikisahkan tentang pelayaran yang berjaya pada saat itu yang mana mereka berhasil menguasai daerah Kedah di Pantai bagian barat Melayu tahun 682-685 M.

Kabar dari Cina ini juga menerangkan tentang beberapa kali terjadi pengiriman utusan dari China ke Sriwijaya di masa Dinasti Sung.

b. Kabar dari Arab

Kabar dari Arab membawa informasi tentang berdirinya kerajaan Zabag alias Sriwijaya di pulau yang ia sebut pulau emas.

Kabar tersebut disampaikan oleh Hordadheh bahwa emas yang dihasilkan oleh raja Zabag mencapai 106 kilogram/tahun.

Selain itu ia juga menjelaskan tentang terjalinnya hubungan yang sangat erat antara Sriwijaya dengan China melebihi dari hubungannya dengan India.

c. Kabar dari India

Prasasti Leiden adalah suatu bukti berdirinya Sriwijaya yang merupakan kabar dari India.

Penemu prasasti ini adalah raja-raja dinasti Cola.

Terjadi pembebasan tanah Anaimangalam kepada biara di Nagipatma yang diceritakan dalam prasasti Leiden.

Biara yang dimaksud adalah banguanan yang didirikan oleh Marawijayatunggawarman yang merupakan keturunan dari Syailendra yang berkuasa di Sriwijaya dan Kataka.

Ada pula kabar yang dikisahkan dari prasasti Nalanda tentang pembebasan pajak di lima desa yang dilakukan oleh Raja Dewa dari Nalanda.

Setelah lima desa tersebut bebas dari pajak, Raja mewajibkan kepada mereka untuk menanggung seluruh kebutuhan para pelajar asal kerajaan Sriwijaya yang menuntut ilmu di Kerajaan Nalanda.

Diterangkan juga dalam prasasti itu tentang Balaputradewa, raja terakhir dari dinasti Syailendra yang terusir dari Jawa kemudian menuntut hak-hak dinasti syailendra.

Baca juga: Sejarah Kerajaan samudra pasai

Lokasi Kerajaan Sriwijaya

Dikisahkan dalam prasasti Kedukan Bukit di tahun 605 Saka atau 683 Masehi bahwasanya kerajaan Sriwijaya didirikan mulanya di tepian sungai Musi, Palembang.

Disebutkan daerah kekuasannya meliputi Kamboja, Thailand Selatan, Semenanjung Malaya, Sumatera, Jawa Barat serta Jawa Tengah.

Informasi lokasi dari kerajaan Sriwijaya diperkuat dengan adanya kabar dari Cina tentang seorang pendeta Budha yang berkunjung ke Sriwijaya pada abad ke 7 tepatnya tahun 671 M.

Selama 6 bulan ia tinggal di sana untuk belajar.

Kerajaan Sriwijaya sempat terlupakan setelah keruntuhannya karena kalah dalam peperangan.

Keberadaannya mulai didengar kembali dari sebuah publikasi dari sejarawan Perancis, George Coedes dari Ecole Francaise d’Extreme-Orient tahun 1918.

Struktur Pemerintahan

Tidak hanya lokasi dan sejarah berdirinya kerajaan yang bisa diketahui dari prasasti.

Struktur pemerintahan pun tertuang di dalamnya, begitu pun dengan kerajaan Sriwijaya. Dijelaskan  tentang samaryyada, kadatun, mandala, vanua serta bhumi dalam prasasti.

Kadatun adalah kawasan tanah rumah sebagai tempat tinggal yang dijadikan loaksi disimpannya emas bserta hasil cukai yang harus ketat penjagaannya.

Ia dikelilingi oleh vanua yang mana merupakan wilayah kota Sriwijaya.

Kadatun dan Vanua ini adalah area utama bagi kerajaan Sriwijaya.

Terdapat vihara yang menjadi tempat beribadah oleh masyarakat.

Kemudian ada samaryyada yang merupakan wilayah yang terhubung oleh sebuah jalan khusus di seberang Vanua.

Wilayah tersebut adalah kawasan pedalaman.

Lalu ada mandala, wilayah otonom dari bhumi yang tetap dikontrol oleh penguasa dan petinggi Sriwijaya yang disebut Maharaja atau Dapunta Hyang.

Dalam silsilah raja ada beberapa hirarki yang terdiri dari Putra Mahkota (Yuvaraja), Putra Mahkota kedua (Pratiyuvaraja) kemudian pewaris berikutnya yang disebut Rajakumara.

Semua susunan silsilah raja tertuang dalam Prasasti Telaga Batu secara rinci.

Kehidupan Beragama, Sosial, dan Budaya Kerajaan Sriwijaya

Kehidupan Agama

Selaku kerajaan yang mayoritas penganut agama Budha, Sriwijaya menjadi pusat pengajaran agama Budha yang banyak sekali menarik minat peziarah dari berbagai Negara di Asia.

Salah satunya adalah I-Tsing yang menuliskan kabar mengenai kerajaan Sriwijaya.

Ekspansinya dari Pulau Sumatera mengantarnya pada kerajaan Sriwijaya dan menuliskan catatan perjalanannya tersebut.

Ia menceritakan tentang kerajaan Sriwijaya yang ternyata menjadi sebuah tempat untuk para sarjana Buddha.

Tak heran jika pembelajaran agama Buddha berpusat di sana.

Bahkan pengelana tersebut menyatakan bahwa di kerajaan Sriwijaya alat pembayaran jual beli telah menggunakan koin emas.

Ia juga bercerita ajaran Buddha sangat pesat perkembangannya yang mana ajaran Buddha Hinayana dan Mahayana pun turut diajarkan di sana.

Selain I-Tsing, seorang sarja Budha bernama Atisha juga datang pada abad 11 dari Benggala.

Ia sangat banyak memberikan pengaruh dalam perkembangan Buddha Vajrayana di Tibet selama berada di sana.

Kehidupan Sosial

Kerajaan Sriwijaya memiliki lokasi yang cukup strategis.

Hal itu berdampak sangat baik terhadap sektor ekonomi sosial masyarakat Sriwijaya.

Banyak pedagang dari luar daerah yang singgah di Sriwijaya yang mendorong masyarakat setempat berkomunikasi dengan mereka.

Dengan begitu kemampuan komunikasi mereka terus berkembang dari waktu ke waktu.

Dikisahkan bahwa bahasa pengantar yang digunakan pedagang-pedagang kala itu adalah bahasa Melayu kuno, utamanya yang berasal dari Jawa Barat, Bangka, Jambi, dan Semenanjung Malaysia.

Meluasnya perdagangan internasional mendorong terhadap pola piker masyarakat Sriwijaya menjadi pribadi yang terbuka terhadap berbagai budaya asing yang masuk, di antaranya adalah India.

Pengaruh budaya dari India berdampak pada penggunaan nama khas India, berikut keberlangsungan adat istiadat serta merambahnya agama Hindu-Buddha.

Masyarakat kerajaan Sriwijaya terdiri dari lapisan yang majemuk dan memiliki strata sosial ringan.

Dalam artian tidak begitu ketat dan timpang.

Dijelaskan mengenai hal tersebut dalam prasasti Kota Kapur yang mana kedudukan para bangsawan terdiri atas putera raja dan keluarga istana.

Lahirnya sebutan Yuwaraja, Pratiyuwaraja, dan Rajakumara menjadi tanda adanya stratifikasi sosial di sana.

Terdapat pula sebutan-sebutan yang berhubungan dengan pekerjaan tertentu seperti bupati, senopati dan puhavam (nahkoda kapal).

Baca juga: Keruntuhan kerajaan Demak

Runtuhnya Kerajaan Sriwijaya

Dari berbagai sumber yang mengisahkan mengenai runtuhnya kerajaan Sriwijaya bisa disimpulkan bahwa beberapa faktor berikut inilah yang mempengaruhinya:

1. Adanya serangan dari dinasti Chola di Koromande, India Selatan yang terjadi dua kali yakni pada tahun 1017 dan 1025.

Serangan tersebut memporak porandakan armada perang Sriwijaya namun kerajaan masih bisa bertahan. Sebab demikian, jatuhlah perdagangan di wilayah Asia Tenggara ke tangan Raja Chola.

2. Beberapa wilayah yang ditaklukkan oleh Sriwijaya satu persatu melepaskan diri karena kekuatan militer kerajaan yang berangsur lemah.

Saat itu kemudian muncul kekuatan baru dari Dharmasraya dan Pagaruyung yang berhasil menguasai kembali jajahan Sriwijaya.

3. Runtuhnya kerajaan Sriwijaya juga dipengaruhi sektor ekonomi yang mengalami penurunan.

Perdagangan di kerajaan semakin sepi sebab wilayah strategis yang dimilikinya dirampas oleh raja-raja di sekitar Sriwijaya.

4. Kerajaan-kerajaan baru yang lebih kuat bermunculan seperti Dharmasraya dan berhasil menaklukkan Sriwijaya sepenuhnya.

Kemudian terdapat kerajaan Sighasari yag melakukan sebuah ekspedisi degan sebutan populernya yakni Ekspedisi Pamalayu.

Di abad ke 13 kerajaan Sriwijaya berakhir di tangan kerajaan Majapahit.

Kehidupan Politik Kerajaan Sriwijaya

Apabila hendak mengetahui tentang kondisi kehidupan politik suatu kerajaan, maka meninjau dari pemerintahan setiap raja yang memerintah adalah salah satu caranya.

Selain itu juga bisa melihat dari bagaimana hubungan bilateralnya dengan pihak luar negeri serta seberapa kuat wilayah yang dikuasainya.

Berikut ini ulasan mengenai kehidupan politik Sriwijaya.

a. Raja Kerajaan Sriwijaya yang terkenal

1. Dapunta Hyang Sri Jayanasa, pendiri sekaligus raja pertama kerajaan Sriwijaya.

Keberhasilannya dalam menjalankan pemerintahan terlihat dari perluasan wilayah kekuasaan yang mencapai hingga wilayah Jambi.

Ia menguasai daerah Minangatamwan yang terletak di jalur perhubungan pelayaran dagang di Selat Malaka yang sangat strategis.

Cita-citanya sejak awal adalah menjadikan Sriwijaya kerajaan maritim.

2. Balaputera Dewa, menduduki kursi kerajaan karena diangkat oleh Raja Dharma Setru yang merupakan paman dari garis keturunan ibundanya.

Awalnya Balaputra Dewa adalah raja di kerajaan Syailendra namun ia dikalahkan oleh saudaranya yang ingin merebut takhta.

Lalu Raja Balaputra Dewa bersembunyi di kerajaan Sriwijaya.

Ketika pergantian takhta raja di kerajaan Sriwijaya, Raja Dharma yang saat itu berkuasa memberikan takhtanya kepada Balaputra Dewa karena ia tidak memiliki keturunan.

Di bawah kepemimpinan Balaputra Dewa, Sriwijaya mengalami perkembangan yang sangat pesat dalam bidang perdagangan rakyat.

Kerjasama yang dilakukannya dengan Kerajaan Chola dan Benggala menjadi cikal bakal terbentuknya Sriwijaya sebagai pusat pengembangan agama Buddha di Asia Tenggara.

3. Sri Sanggarama Wijayatunggawarman, raja Sriwijaya yang sempat ditawan oleh kerajaan Chola.

Hal itu terjadi karena tidak berhasil menghadapi serangan dari kerajaan Chola yang berkhianat.

Raja Sri Sanggarama menjadi tawanan mereka namun saat Raja Kulottungga I berkuasa di Chola, ia dibebaskan.

b. Wilayah Kekuasaan Kerajaan Sriwijaya

Pasca perpindahan ibu kota kerajaan Sriwijaya dari Muara Takus ke Palembang, kerajaan ini semkain mudah melebarkan sayap kekuasaan ke daerah-daerah di sekitarnya.

Daerah-daerah tersebut terdiri dari pulau Bangka yang lokasinya berada di jalur perdagangan internasioanal, Jambi Hulu. Terletak di tepi sungai Batanghari dan Tarumanegara (Jawa Barat).

Beberapa wilayah strategis tersebut menjadi ajang yang sangat cepat untuk meningkatkan sektor ekonomi sekaligus politik kerajaan.

Terbukti di abad ke 7 Masehi, kerajaan Sriwijaya berhasil menaklukkan Selat Malaka, Selat Sunda, Selat Bangka, dan Laut Jawa bagian barat.

Pada abad ke 8 Sriwijaya melakukan ekspansi kekuasaan yang fokus di jalur utara. Mereka menguasai Semenanjung Malaya dan Tanah Genting Kra dengan mudah.

Semenanjung adalah penghasil lada dan timah yang menarik Sriwijaya untuk menguasainya.

Sedangkan Tanah Genting Kra ditujukan untuk bisa menguasai jalur perdagangan antara India dan China.

Kemudian diketahui bahwasanya Sriwijaya menghancurkan kerajaan Kaling dengan tujuan bisa menguasai jalur perdagangan penting di pantai utara pulau Jawa.

Cerita tersebut dipercaya berdasarkan kabar dari China.

Tidak berhenti di situ saja, Sriwijaya bahkan berhasil menjadi penguasa seluruh kawasan perdagangan di Asia Tenggara di akhir abad ke 8 M.

Sebab itulah Kerajaan Sriwijaya menjadi kerajaan maritim terbesar se Asia Tenggara.

c. Hubungan dengan luar negeri

dalam menjalin hubungan baik dengan kerajaan di luar Nusantara, Sriwijaya mencapai skor aman , terlebih hubungan dengan kerajaan Pala di India dan Kerajaan Nalanda di Benggala.

Hal tersebut dibuktikan dengan pemberian hadiah dari Dewapala Dewa, raja Nalanda kepada kerajaan Sriwijaya berupa sebidang tanah.

Hadiah itu ditujukan untuk membangun padepokan bagi pelajar nusantara yang hendak menjadi seorang “dharma” dengan bebas biaya karena ditanggung oleh Balapuradewa.

Baca juga: Masa Kejayaan Kerajaan medang Kamulan

Peninggalan Kerajaan Sriwijaya

Setap kerajaan pasti meninggalkan benda-benda penting sebagai bukti keberadaan mereka.

Ahli sejarah secara terus-menerus mempelajari kehidupan di masa lampau dari peninggalan kerajaan.

Berikut ini adalah beberapa peninggalan Kerajaan Sriwijaya yang terkenal:

Prasasti

Prasasti Talang Tuwo

Anda bisa melihat secara langsung melihat prasasti Talang Tuwo saat ini di Museum Nasional Indonesia.

Prasasti ini memperlihatkan kehidupan di zaman kerajaan Sriwijaya yang mana tercantum tahun dituliskannya cerita tersebut.

Adapun isinya dituangkan dalam 14 baris berikut ini yang berbahasa Melayu Kuno dengan aksara Pallawa:

1. svasti. Sri sakavarsatita 606 dim dvitiya sukalapaksa vulan caitra. Sana tatkalana parlak sriksetra ini. Niparvuat.

2. Parvanda punta hiyam sri jayanasa. Ini pranidhananda punta hiyam. Savanakna yam nitanam di sini. Niyur pinam hanau ru.

3. Mviya dnan samisrana yam kayu nimakan vuahna. Tathapi haur vuluh pattum ityevamadi. Punarapi yam parlak vukan.

4. Dnan tavad talaga savanakna yam vuatku sucarita paravis prayojanaka punyana sarvvastva sacaracar. Varopayana tmu.

5. Sukha. Di asannakala di antara margga lai. Tmu muah ya ahara dnan air niminumna. Savanakna vuatna huma parlak mancak mu

6. Ah ya mamhidupi pasu prakara. Marhulun tuvi vrdddhi muah ya janan ya niknai savanakna yam upasargga. Pidanu svapnavigna. Varam vua.

7. Tana kathamapi. Anukula yam graha naksatra paravis diya. Nirvyadhi ajara kavuatanana. Tathapi savanakna yam nhtyana.

8. Satyarijava drdhabhakti muah ya dya. Yam mitrana tuvi janan ya kapatayam vinina mulam anukula bharyya muah ya. Varam stha

9. Nana lagi curiuca vadhana paradara di sana. Punarapi tmu ya kalyanamitra. Marvvanun vodhicitta dnan maitri.

10. Dhari di dam hyam ratnatraya janan marsarak dnan dam hyam ratnaraya. Tathapi nityakala tyaga marsila ksanti marvvanun viryya rajin

11. Tahu di samisrana silpakala paravis. Samahitacina. Tmu ya prajna. Snrti medhavi. Punarapi dhairyyamani mahasattva

12. Vajrasarira. Anupamasakti. Jaya. Tathapi jatismara. Avikalendriya. Mancak rupa. Subhaga hasin halap. Ade

13. Yavakya. Vramaswara. Jadi laki. Svayambhu. Punarapi tmu ya cintamanindhana. Tmu janmavasita karmavasita. Klesavasita.

14. Avasana tmu ya anuttarabhisamyaksamvodhi.

Artinya:

1. Selamat sejahtera! Pada hari kedua paroterang, Bulan Caitra, Tahun 606 Saka, saat itulah taman (yang bernama) Sri Ksetra ini dibuat.

2. Punta Hyam Sri Jayanasa wujud pranidhana Punta Hiyam, (dan) hendaknya semua tanaman yang telah ditanam di taman Sri Ksetra ini seperti kelapa, pinang,

3. Aren, dan sagu serta jenis-jenis pohon bambu, seperti bambu haur, bambu (wuluh), dan bambu betung dan sejenisnya. Termasuk pula taman-taman, bendungan- bendungan,

4. Telaga-telaga. Semua amal saya berikan hendaknya dipelihara, demi kesejahteraan dan kepentingan seluruh makhluk hidup seperti manusia, binatang (bergerak) dan tanaman (tidak bergerak). Sebagai tempat yang memberi rasa nyaman.

5. Kebahagian. Sebagai tempat beristirahat dan melepaskan lelah bagi mereka yang sedang dalam perjalanan, penawar lapar dan dahaga. Semoga pula kebun-kebun yang ada di taman ini hasilnya berlimpah, sehingga

6. Ternak-ternak terurus karenanya. Demikian pula para juru peliharanya. Semoga mereka senantiasa aman, tenang, nyaman tidur dan berbahagia apapun yang mereka perbuat.

7. Semoga semua yang ada di taman ini dilindungi oleh planet dan rasi serta selalu dalam keberuntungan, awet muda, panjang usianya selama menjalankan tugas mereka. Semoga para hamba

8. Yang setia dan berbakti memelihara taman ini selalu dicintai, keluarganya di karuniai kebahagian. Dan para pengunjung taman ini selalu yang jujur, dari manapun mereka datang dan singgah

9. Tidak ada pencuri, perampas, pembunuh, atau penzinah (pelacur). Selalu itu semoga mereka yang datang merupakan kawan dan penasehat yang baik, dan dalam jiwanya terlahir pikiran Bodhi serta persahabatan (–)

10. Selalu sesuai dan tak terpisah dari ajaran suci tiga ratna. Dan semoga mereka senantiasa (mereka bersikap) murah hati, taat pada peraturan, dan sabar. Semoga dalam diri mereka timbul tenaga, kerajinan.,

11. Pengetahuan, dan seluruh citarasa keindahan. Semoga semangat mereka terpusatkan, mereka memiliki pengetahuan, ingatan kecerdasan. Lagi pula semoga mereka teguh pendapatnya, bertubuh intan seperti mahasattwa,

12. Berkekuatan tiada tara, berjaya dan juga ingat akan kehidupan- kehidupan mereka sebelumnya, berindera lengkap, berbentuk penuh, berbahagia, bersenyum, tanang,

13. Bersuara merdu seperti suara brahma. Semoga mereka terlahir sebagai pria yang menjadi wadah batu ajaib, mempunyai kekuasaan atas kelahiran-kelahiran, kekuasaan atas karma, dan kekuasaan atas

14. Noda-noda, semoga akhirnya mereka mendapat penerangan yang sempurna dan agung.

Prasasti Palas Pasemah

Prasasti ini memuat cerita tentang terjadinya kutukan bagi siapapun yang melawan perintah kerajaan Sriwijaya dan membangkang para pejabat kerajaan.

Ditemukan di Desa Palas Pasemah, Kecamatan Palas, Kabupaten Lampung Selatan yang tertulis di atas batu.

Isinya juga tertuang menggunakan aksara Pallawa yang berbahasa Melayu Kuno.

Meskipun tidak tertera informasi angka-angka berupa tahun, sejarawan menelitinya dari bentuk aksara yang digunakan.

Diperkirakan dibuatnya prasasti ini di akhir abad ke 7 Masehi.

Koin

Penasaran dengan alat pembayaran zaman kerajaan?

Baru-baru ini banyak ditemukan koin emas bahkan perunggu oleh masyarakat di wilayah Palembang.

Koin-koin tersebut diteliti oleh ahli sejarah dan diyatakan dari material dan bentuknya menunjukkan bahwa koin itu seusia zaman kerajaan Sriwijaya.

Bentuk-bentuknya unik dan tentunya memiliki nilai jual yang tinggi jika di jaman sekarang.

Terlihat pada gambar di atas bentuk-bentuk, ukiran serta ukuran koin peninggalan Sriwijaya.

Candi

1. Candi Muaro Jambi

Candi ini merupakan sebuah komplek terluas dari komplek candi agama Hindu dan Buddha yang ada di Nusantara.

Kondisinya juga sangat terawat Candi Muaro Jambi pernah dicalonkan oleh UNESCO sebagai salah satu warisan dunia.

Sesuai namanya, peninggalan kerajaan Sriwijaya yang berupa candi ini terletak di Kecamatan Muara Sebo, Kabupaten Muara Jambi, Jambi.

Menurut perhitungan ahli purbakala, peninggalan ini dibangun sekitar abad 11.

2. Candi Biaro Bahal

Berlokasi di desa Bahal , kecamatam Padang Bolak, Portibi, Kabupaten Tapanuli Selatan, Sumatera Utara, candi Biaro Bahal diyakini sebagai situs sejarah peninggalan Kerajaan Sriwijaya.

Ia dibangun sekitar abad 11 dengan material bata merah.

Terdiri dari 4 bangunan kuno yakni Candi Bahal I, Candi Bahal II, dan Candi Bahal III yang mana saling berhubungan di satu garis lurus.

3. Candi Muara Takus

Selanjutnya candi peninggalan Kerajaan Sriwijaya adalah candi yang terbuat dari batu pasir, batu bata, dan batu sungai.

Berbeda dari candi pada umumnya yang dibuat dengan bermaterial batu andesit.

Karena lokasinya berada di Desa Muara Takus kecamatan XIII Koto, Kampar, Riau.

Di zaman kerajaan Sriwijaya, candi ini menjadi salah satu pusat pemerintahan yang memberi peran penting.

Desain bangunannya memiliki nilai arsitektur yang keren dan unik karena mempunyai kemiripan dengan Stupa Budha di Myanmar, Sri Lanka, dan Vietnam.

Baca Juga: Peninggalan Kerajaan Kediri

Dari sekian banyak penjabaran tentang Kerajaan Sriwijaya dari awal tulisan ini, semoga Anda mendapatkan banyak pula pengetahuan baru yang bias dijadikan sebuah pembelajaran dari masa Lampau.

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *