Peninggalan Kerajaan Kediri

candi penataran peninggalan kerajaan kediri
Candi Penataran/ gambar by disparbudpora.blitarkab.go.id
5/5 - (2 votes)

Balaibahasajateng.web.id, Peninggalan Kerajaan Kediri – Kerajaan Kediri merupakan salah satu kerajaan besar yang berada di kawasan Jawa Timur. Terdapat banyak bukti peninggalan sejarah dari Kerajaan Kediri yang masih bisa kita lihat hingga sekarang. Misalnya peninggalan berupa candi, arca, prasasti dan juga berbagai kitab sastra.

Pada kesempatan kali ini akan saya jelaskan secara lengkap dari semua peninggalan Kerajaan Kediri yang sudah ditemukan. Untuk menambah pengetahuan kalian juga tentang bukti sejarah dari masa lampau.

Oke sobat, langsung masuk ke pembahasan utama kita.

Peninggalan Kerajaan Kediri

1. Prasasti Kamulan

Peninggalan Kerajaan Kediri yang pertama adalah Prasasti Kamulan. Prasasti ini ditemukan di Desa Kamulan, Trenggalek, Jawa Timur. Prasasti ini diperkirakan dibuat sekitar tahun 1194 M atau tahun 1116 Saka, pada masa Raja Kertajaya. Prasasti ini berisikan tentang berdirinya Kabupaten Trenggalek pada hari Rabu Kliwon tanggal 31 Agustus 1194.

Didalam Prasasti ini tertulis nama Kediri yang diserang Raja Kerajaan sebelah Timur. Pada tanggal yang tertulis dalam prasasti adalah tanggal 31 Agustus 1191. Ukiran didalam prasasti ini masih dapat terlihat jelas dan dapat dilihat dengan mengunjungi langsung lokasi Prasasti Kamulan tersebut.

2. Prasasti Jaring

Peninggalan Kerajaan Kediri yang kedua adalah Prasasti Jaring. Prasasti ini dibuat pada tanggal 19 November 1181. Prasasti ini menceritakan tentang pengabulan permohonan penduduk Dukuh Jaring melalui Senopati Sarwajala. Keinginan itu merupakan keinginan yang belum sempat diwujudkan oleh raja sebelumnya.

Prasasti Jaring ini menyebutkan jika pejabat Kediri memiliki gelar dengan menggunakan nama hewan. Misalnya, Lembu Agra, Macan Kuning, dan Menjangan Puguh.

3. Prasasti Talan

Peninggalan Kerajaan Kediri berupa Prasasti Talan ditemukan di Desa Gurit, Blitar, Jawa Timur. Prasasti ini dibuat sekitar tahun1136 Masehi atau 1058 Saka. Prasasti ini berisikan tentang penetapan masuknya Desa Talan ke wilayah Panumbang yang telah terbebas dari pajak. Prasasti ini juga dilengkapi dengan pahatan Garudhamukalanca, yaitu pahatan berbentuk tubuh manusia dengan saya dan kepala garuda.

4. Prasasti Sirah Keting

Prasasti ini berisikan tentang pemberian tanah dari Raja Jayawarsa untuk rakyat Desa Sirah Keting berkat jasanya untuk Kerajaan Kediri.

5. Prasasti Galunggung

Peninggalan Kerajaan Kediri berupa Prasasti Glunggung ditemukan di Rejotangan, Tulungangung dengan ukuran 160 x 80x 75 cm. Prasasti ini menggunakan huruf Jawa kuno sebanyak 20 baris kalimat. Aksara yang ada pada prasasti ini sudah tidak terlalu jelas dapat dibaca, sebab sudaj ada bagian yang rusak.

Namun, pada prasasti ini masih terlihat dengan jelas tahun pembuatannya yaitu pada tahun 1123 Saka. Pada bagian prasasti sebelah depan terdapat lambang sebuah lingkaran. Pada bagian tengah lingkaran terdapat sebuah gambar persegi panjang, serta terdapat beberapa logo atau gambar.

6. Prasasti Panumbangan

Peninggalan Kerajaan Kediri Prasasti Panumbangan dibuat pada tanggal 2 Agustus 1120 yang dikeluarkan oleh Maharaja Bameswara. Prasasti ini berisikan tentang penetapan Desa Panumbangan sebagai Sima Swatantra atau desa bebas pajak.

7. Prasasti Kertosono

Prasasti Kertosono berisikan tentang suatu masalah keagaaman dari masa pemerintahan Raja Kameshwara.

8. Prasasti Hantang

Peninggalan Kerajaan Kediri Prasasti Hantang berisi tentang pemberian tanah bebas pajak oleh Jayabaya untuk Desa Ngantang berkat jasanya pada Kerajaan Kediri. Didalam prasasti ini tertuliskan angka tahun 1057 Saka atau 1135 Masehi yang ditemukan di Desa Ngantang, Malang.

Pada saat ini, prasasti hantang menjadi koleksi dari Museum Nasional.

Ketika penduduk dari Hantang dan 12 desa masuk dalam wilayah menghadap raja dengan peraturan guru raja yaitu Mpungku Naiyayikarsana. Ia meminta prasasti tersebut di dharmakan di Gajapada dan Nagapuspa. Prasasti ditulis diatas daun lontar dan kemudian dipindahkan ke batu dan ditambah lagi dengan anugerah dari Raja Jayabaya sendiri.

Permohonan itu lalu dikabulkan oleh raja, karena rakyat Hantang sudah menunjukan bakti yang sesungguhnya. Bakti itu ditunjukan dengan menyerahkan cancu tan pamusuh dan cancu ragadaha. Serta disaat terdapat sebuah aksi untuk memisahkan diri, mereka tetap setia dengan selalu memihak kepada Raja Jayabaya.

Baca juga : Sumber-Sumber Sejarah

9. Prasasti Padelegan

Prasasti peninggalan Kerajaan Kediri ini berisikan tentang bakti yang dilakukan oleh penduduk Desa Padegelan kepada Raja Kameshwara. Prasasti ini mempunyai bentuk stella dengan puncak kurawal berukuran 145 cm, lebar atas 81 cm, lebar bawah 70 cm, dan tebal 18 cm.

Prasasti ini menggunakan tulisan aksara Jawa kuno, tetapi tulisannya mulai pudar dan susah untuk dibaca. Namun, prasasti ini berhasil dibaca oleh Oud Javansche Oorkonde. Didalam prasasti ini terdapat penanggalan angka tahun 1038 Saka atau 11 Januari 1117 Masehi.

Prasasti Padelegan, menjadi prasasti pertama yang dikeluarkan Raja Bameshwara. Akhirnya menjadi prasasti pertama Kerajaan Kediri sesudah menjalani masa kelam pada pemerintahan Raja Samarawijaya. Raja Samarawijaya memerintah pada tahun 1042 Masehi hingga 1044 Masehi dan berkuasa di Daha sesudah pembagian kerajaan oleh Raja Airlangga.

Prasasti ini disimpan di Museum Panataran, Kabupaten Blitar yang dimana bagian atasnya terdapat sebuah ornamen lencana yang disebut dengan Candrakapala. Lencana ini digambarkan dengan kepala tengkorak yang terlihat bagian tulang pipi dan dahi menonjol. Serta memiliki bentuk mata bulat besar di bagian depan dan gigi taring di bagian kanan dan kiri, sehingga terlihat sangat menyeramkan.

Pada bagian dahinya terdapat sebuah bulatan sedikit melengkung seperti bentuk bulan sabit dengan kedua ujung menghadap ke bawah.

10. Prasasti Ceker

Prasasti Ceker merupakan salah peninggalan Kerajaan Kediri. Prasasti ini berisi tentang anugrah yang diberikan raja kepada penduduk Desa Ceker yang telah mengabdi untuk kemajuan Kerajaan Kediri.

11. Candi Tondowongso

candi tondowongso
Candi Tondowongso / Image: Google.com

Candi Tondowongso merupakan salah satu candi peninggalan dari Kerajaan Kediri yang berada di Desa Gayam, Kecamatan Gurah, Kediri, Jawa Timur. Candi ini baru saj ditemukan pada tahun 2007. Bentuk arsitektur dan bentuk bangunan yang ditemukan disekitar candi menunjukan bahwa bangunan ini dibangun pada abad ke-9. Pada saat pusat politik dipindahkan dari Jawa Tengah menuju ke Jawa Timur.

Keadaan dari candi Tondowongso beserta kompleks disekitarnya masih sangat memprihatinkan dan masih belum mendapat perhatian dari pemerintah walaupun ditemukan di era modern. Candi ini mempunyai luas sekitar 1 hektar dan menjadi penemuan terbesar sejarah Indonesia pada tahun terakhir.

Seorang Profesor yang bernama Soekmono pernah menemukan satu buah arca pada lokasi yang sama di tahun 1957. Penemuan situs candi Tondowongso ini diawali dengan penemuan beberapa arca oleh pengrajin batu setempat.

12. Candi Panataran

Peninggalan Kerajaan Kediri berupa candi Panataran terletak di lereng Gunung Kelud Barat Daya di Utara Kota Blitar. Candi ini terletak  pada ketinggian 450 meter dari permukaan laut dan menjadi candi paling indah dan besar di Jawa Timur.

Sebagian prasasti yang ditemukan di sekitar candi, maka diketahui jika candi ini dibangun sekitar pada abad ke-12 hingga 14 Masehi. Lebih tepatnya pada masa pemerintahan Raja Srengga hingga Raja Wikramawardhana. Candi Panataran sistem dan terasnya berundak menggunakan susunan batu andesit yang saling mengunci.

Candi Panataran atau candi Palah ini merupakan sebuah candi bercorak agama Hindu Siwaitis. Pada Kitab Nagarakretagama atau Desawarnana yang dibuat pada tahun 1365, dikatakan menjadi bangunan suci yang pernah dikunjungi Raja Hayam Wuruk saat melakukan perjalanan keliling Jawa Timur.

Kompleks-kompleks candi Panataran ini terdiri dari beberapa bangunan yang di bagian candi utama di sisi Timur terdapat sebuah sungai. Kompleks candi ini disusun menggunakan pola linear dengan beberapa candi perwara serta balai pendopo pada bagian depan candi utama.

Susunan candi ini agak tidak beraturan dan menjadi ciri khas dari langgam Jawa Timur yang berkembang di masa Kerajaan Kediri dan Majapahit. Kompleks candi ini berdiri di area yang luasnya 12.946 meter. Candi ini dibagi menjadi 3 bagian, kecuali untuk bagian tenggara dan dipisahkan oleh 2 buah dinding.

Relief yang ada pada candi ini berbentuk medalion serta kotak panel.

13. Candi Mirigambar

Candi Mirigambar termasuk candi peninggalan dari Kerajaan Kediri. Candi ini ditemukan pada sebuah lapangan di Desa Mirigambar, Kecamatan Sumbergempol, Tulungagung, Jawa Timur.

Diperkiraan, candi ini dibangun pada tahun 1214 hingga 1310 Saka dengan material yang terbuat dari bata merah seperti pada candi lain di wilayah Jawa Timur. Salah satu seorang petinggi dari Desa Mirigambar di tahun 1965 melindungi Candi Mirigambar dari ikonklastik sehingga candi ini masih dapat kita lihat hingga sekarang.

Ikonklastik sendiri ialah kegiatan menghancurkan berbagai kebudayaan yang dianggap sebagai berhala.

Struktur candi Mirigambar terbuat dari batu bata merah, dimana pada dinding candi terdapat relief patung yang diukir. Pada bagian sebelah kanan depan terdapat relief 2 tokoh lelaki yang sedang mengapit 2 tokoh perempuan. Salah satu tokoh lelaki bertubuh besar dan terdapat relief seorang tokoh lelaki yang sedang berdiri.

Pada bagian halaman tepi candi sebelah Utara terdapat tumpukan batu bata merah yang menurut cerita merupakan reruntuhan dari candi lainnya yang juga ditemukan di sekitar candi Mirigambar tersebut. Pada bagian halaman tepi selatan terdapat lempengan batu andesit dan terukir tahun 1310 atau 1388 Masehi

14. Candi Gurah

Candi Gurah juga merupakan peninggalan dari Kerajaan Kediri yang terletak di Kecamatan Gurah, Kediri, Jawa Timur. Candi Gurah ditemukan pada tahun 1957 dan letaknya berada di 2 km dari situs Candi Tondowongso.

Candi Gurah ini memiliki ukuran 9 x 9 meter. Terdapat persamaan dari candi Gurah dan candi Tondowongso yaitu Arca Brahma, Surya, Candra, Yoni dan Nandi.

Selain ipersamaan tersebut, penempatan arca dikedua candi tersebut juga sama walapun pada bangunan tempat arca Candra, Surya dan juga Nandi dari candi Tondowongso belum terlihat jelas bentuknya.

Seorang Profesor bernama Soekmono memperkirakan jika candi Gurah ada dalam satu kompleks yang sama dengan candi Tondowongso. Hal ini disebabkan karena memiliki ciri khas yaitu gaya peralihan antara candi Jawa Tengah dengan candi Jawa Timur.

Oleh sebab itu, penelitian menyeluruh untuk candi Tondowongso sangat penting dilakukan karena hingga saat ini belum ada wujud nyata dari bentuk bangunan gaya peralihan tersebut.

15. Candi Tuban

Candi Tuban juga termasuk peninggalan Kerajaan Kediri, namun kini hanya menyisakan reruntuhannya saja yang terletak di 500 meter dari candi Minigambar. Pada saat sekarang ini, candi Tuban sudah tertutup dengan tanah sehingga tidak memungkinkan untuk dibangun kembali.

Terlebih lagi, diatas timbunan Candi Tuban saat ini sudah dijadikan kandang beberapa hewan ternak.

Baca juga : Peninggalan Sejarah Islam di Indonesia

16. Kitab Kresnayana

Peninggalan Kerajaan Kediri berupa kitab, yang pertama adalah Kitab Kresayanan. Kitab ini dikarang oleh Mpu Triguna yang berisi tentang riwayat hidup Kresna. Kersna merupakan seorang anak yang mempunyai kekuatan besar akan tetapi sangat senang menolong orang lain.

Didalam Kitab ini diceritakan tentang Kresna yang sangat disukai oleh rakyat dan ia menikah dengan Dewi Rukmin.  Jika diartikan secara harafiah, maka Kresnayana berarti perjalanan Kresna ke negeri Kundina tempat Sang Rukmini.

Dewi Rukmini merupakan putri dari Prabu Bismaka di negeri Kundina. Namun, Dewi Rukmini tersebut sudah dijodohkan dengan Suniti yang merupakan raja negeri Cedi. Tetapi, ibu dari Rukmini yakni Dewi Pretukirti lebih ingin putrinya menikah dengan Kresna.

Ketika hari besar yang semakin dekat, Suniti dan Jarasanda pamannya datang ke Kundina. Namun, Pretukirti serta Rukmini secara diam-diam memberitahu Kresna untuk datang secepat mungkin untuk membawa mereka melarikan diri.

Mereka lau dikejar oleh Sunit dan Jarasanda serta Rukma adik dari Rukmini sekaligus bersama dengan tentara mereka. Kresna lalu berhasil mengalahkan semua dan hampir saja membunuh Rukma. Tetapi Rukmini mencegahnya, akhirnya mereka berdua pergi ke Dwarwati lalu menggelar pesta pernikahannya disana.

17. Kitab Gatotkacasraya

Kitab Gatotkacasraya juga termasuk peninggalan Kerajaan Kediri. Kitab ini dikarang oleh Mpu Panuluh yang menceritakan tentang kisah kepahlawanan dari Gatotkaca yang sudah berhasil menyatukan Abimayu.

Abimayu adalah putra dari Arjuna dengan Siti Sundhari.

18. Kitab Sumarasantaka

Kitab Sumarasantaka merupakan kitab yang dikarang oleh Mpu Monaguna. Kitab ini menceritakan tentang kutukan Harini, yaitu seorang bidadari dari kayangan yang sudah berbuat kesalahan dan ia dikutuk menjadi manusia. Harini kemudian tinggal di bumi selama beberapa saat sampai kutukan tersebut selesai.

19. Kitab Smaradhana

Kitab Smaradhana merupakan karangan dari Mpu Dharmaja. Kitab ini menceritakan tentang kisah Dewa Kama serta Dewi Ratih, merupakan sepasang suami istri menghilang secara misterius sebab terkena api yang keluar dari mata ketiga Dewa Siwa. Ketika Batara Siwa sedang pergi untuk bertapa, Indralaya dikunjungi oleh para musuh yakni raksasa dengan rajanya bernama Nilarudraka.

Sebab Batara Siwa sangat serius dengan tapanya, maka ia seolah-olah lupa dengan keadaan di khayangan. Agar Batara Siwa dapat teringat dan kembali ke khayangan, maka para dewa mengutus Batara Kamajaya untuk menjemput Batara Siwa. Batara Kamajaya mencoba berbagai macam cara seperti panah bunga, namun Batara Siwa tetap tidak bergeming dari tapanya.

Akhirnya dilepaskannya juga panah pancawisesa yaitu berisi berbagai hasrat antara lain:

  • Hasrat mendengar yang merdu.
  • Hasrat mengenyam yang lezat.
  • Hasrat meraba yang halus.
  • Hasrat mencium yang harum.
  • Hasrat memandang yang serba indah.

Sebab panah dari pancawisesa tersebut, akhirnya Batara Siwa merasa rindu dengan Dewi Uma. Tetapi, saat mata ketiganya mengetahui jika itu perbuatan dari Batara Kamajaya, maka ia menatap Batara Kamajaya yang membuat dirinya hancur.

Istri dari Batara Kamajaya yaitu Dewi Ratih lalu melaksanakan bela dengan menceburkan dirinya dalam api yang telah membakar suaminya. Kemudian para dewa memanjatkan ampun atas semua kejadian tersebut agar mereka dapat dihidupkan kembal. Namun, permintaan tersebut tidak dikabulkan dan jiwa sabda Batara Kamajaya turun ke dunia lalu masuk ke hati laki-laki, sementara Dewi Ratih masuk ke jiwa wanita.

Saat Batara Siwa duduk berdua dengan Dewi Uma, para dewa datang mengunjungi termasuk Dewa Indra beserta gajahnya Airawata. Karena sangat dahsyat, sehingga membuat Dewi Uma ketakutan melihatnya. Dewi Uma lalu melahirkan putra berkepala gajah yang dinamakan Ganesha. Ketika raksasa Nilarudraka datang ke kayangan, maka Ganesha bertanding melawannya. Ganesha terus bertambah besar dan semakin kuat sehingga musuh bisa dikalahkan dan para dewa bersukacita.

20. Kitab Kakawin Bharatayudha

Kitab Kakawin Bharatayudha adalah salah satu kitab peninggalan Kerajaan Kediri yang dikarang oleh Mpu Sedah dan juga Mpu Panuluh. Kitab ini menceritakan tentang perjuangan yang dilakukan oleh Raja Jenggala, Jayabaya dan akhirnya berhasil menaklukan Panjalu.

Cerita perjuangan Raja Jayabaya ini dianalogikan menjadi kisah peperangan dari Kurawa dan Pandawa di dalam kisah Mahabarata.

Kitab ini diperkiraan dibuat pada tahun 1079 Saka atau 1157 Masehi di pemerintahan Prabu Jayabaya dan selesai ditulis pada 6 November 1157. Dibagian awal kitab sampai ke kisah Prabu Salya ke medan perang merupakan karya dari Mpu Sedah dan kemudian dilanjutkan oleh Mpu Panuluh.

Menurut cerita yang beredar, ketika Mpu Sedah ingin menulis tentang kecantikan dari Dewi Setyawati permaisuri dari Prabu Salya. Mpu Sedah memerlukan contoh agar tulisannya dapat berhasil sehingga putri Prabu Jayabaya diberikan.

Namun, Mpu Sedah berbuat tidak baik sehingga ia dihukum dan karyanya diberikan pada orang lain. Tetapi, menurut Mpu Panuluh, ketika karya dari Mpu Sedah hampir selesai yaitu saat menceritakan Prabu Salya yang berangkat ke medan perang. Ia tidak tega untuk melanjutkan ceritanya, sehingga meminta Mpu Panuluh untuk meneruskan kitabnya. Cerita ini diungkap pada akhir kakawin Bharatayuddha.

Baca juga: Konsep Dasar Sejarah

21. Kitab Hariwangsa

Kitab Hariwangsa merupakan salah satu peninggalan Kerajaan Kediri yang dikarang oleh Mpu Panuluh. Kata Hariwangsa sendiri mempunyai arti garis keturunan atau silsilah dari sang Hari atau keturunan Wisnu. Namun, kitab ini mempunyai nama Hariwangsa yang sebagian orang menganggapnya kurang cocok.

Hal ini disebabkan didalamnya terdapat sebagian kecil dari ceritanya. Kitab peninggalan Kerajaan Kediri ini dibuat pada tahun 1135 sampai  1157 Masehi atau pada masa kepemimpinan Prabu Jayabaya.

22. Arca Buddha Vajrasattva

Arca Buddha Vajrasattva merupakan peninggalan Kerajaan Kediri pada abad ke-10 atau ke-11. Arca ini sekarang menjadi koleksi dari Museum Fur Indische Kunst, Berlin, Dahlem, Jerman.

Mungkin hanya itu saja yang dapat saya bagikan tentang peninggalan-peninggalan Kerajaan Kediri untuk sobat Semoga bisa membantu dan juga menambah pengetahuan sobat semua. Cukup sekian dan salam dari penulis.

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *