Kerajaan Kutai: Sejarah, Letak, Pendiri, Silsilah, kehidupan, Masa Jaya, Keruntuhan, dan Peninggalan

istana kerajaan kutai
sumber kebudayaan.kemdikbud.go.id
5/5 - (1 vote)

Balaibahasajateng, Kerajaan Kutai: Sejarah, Letak, Pendiri, Silsilah, kehidupan, Masa Jaya, Keruntuhan, dan Peninggalan – Masih ingatkah bagaimana sejarah kerajaan-kerajaan yang kita pelajari sejak masa sekolah?

Kerajaan Kutai berdiri sebagai kerajaan tertua di Indonesia yang menganut agama Hindu.

Kemunculannya diperkirakan pada abad ke 5. Berikut ini sejarah singkat kerajaan kutai berdasarkan data fisik yang ada.

Table of Contents

Sejarah kerajaan Kutai

prasasti yupa kutai
Prasasti Yupa / sumber: museumnusantara.com

Terdapatnya 7 buah yupa yang diperkirakan dibuat di abad ke-4 menjadi bukti pendukung yang menunjukkan keberadaan Kerajaan Kutai.

Yupa adalah susunan batu yang difungsingkan sebagai tugu peringatan.

Tugu ini dibuat oleh para Brahmana karena kemurahan hati Raja Mulawarman.

Terdapat penjelasan di dalam yupa tentang sosok Raja Mulawarman yang kuat serta baik hati.

Ia menyediakan 20.000 ekor sapi untuk para Brahmana saat itu yang mengisyaratkan salah satu bentuk kedermawanannya.

Cerita yang terdapat dalam 7 yupa tersebut berupa syair-syair dengan tulisan Pallawa dan berbahasa Sansekerta.

Prasasti tertua tersebut menyebutkan tenang berdirinya Kerajaan Kutai yang merupakan kerajaan Hindu tertua.

Selain itu dijelaskan pula bahwa yang mendirikan kerajaan adalah Kudungga, namun yang menjadi raja pertama yakni putranya, Aswawarman dan akhirnya mengalami masa kejayaan saat kepemimpinan Mulawarman.

Untuk lebih jelasnya, berikut ini adalah isi dari masing-masing 7 yupa yang menjadi bukti keberadaan kerajaan Kutai:

Yupa Pertama: susunan raja-raja yang memerintah Kerajaan Kutai dari awal berdirinya.

Yupa Kedua: Lokasi kerajaan yang terletak di tepi sungai Muara Kaman, Kalimantan Timur.

Pada yupa kedua ini hanya dijelaskan letaknya, tanpa waktu didirikannya kerajaan.

Yupa Ketiga: diceritakan tentang menyebarnya agama Hindu ketika Raja Aswawarman menjadi raja Kutai.

Yupa Keempat: berisi megenai pendiri kerajaan Kutai, Aswawarman yang kemudian diberi gelar Wangsakerta.

Yupa Kelima: kekuasaan yang dimiliki kerjaan kutai adalah hampir seluruh kawasan Kalimanta Timur.

Yupa Keenam: menjelaskan tentang aspek perekonomian rakyat Kutai yang sejahtera.

Yupa Ketujuh: Kemurahan hati raja Mulawarman yang terlihat dari 20.000 ekor sapi pemberiannya kepada para Brahmana dituliskan di yupa ini.

Pendiri Kerajaan Kutai

Pendiri kerajaaan Kutai adalah putra dari raja Kudungga yang bernama Aswawarman.

Gelar yang disandangnya pasca dilantik sebagai raja Kerajaan Kutai yakni Wangsakerta yang bermakna pembentuk keluarga.

Putra yang dimilikinya berjumlah 3 orang.

Salah satu dari 3 putra tersebut adalah Mulawarman yang mampu membawa kerajaan Kutai pada masa kejayaan.

Pada awal-awal erdirinya kerajaan kutai ini, bentuk pemerintahannya adalah suku yang dikepalai Ketua Suku.

Kudungga adalah sosok pemimpin yang memiliki peranan penting dalam tumbuhnya dinasti Campa Kerajaan Kamboha.

Ia datang ke Nusantara guna membangun kerajaannya sendiri dan jadilah kerajaan Kutai.

Silsilah Kerajaan Kutai

Kerajaan kuno ini menganut sistem monarki yang mana memberika takhta kerajaan secara turun temurun.

Berikut adalah silsilah raja-raja kutai yang pernah berkuasa:

  1. Kudungga

Disebut-sebut sebagai raja yang memiliki nama yang unik, Kudungga merupakan sebuah nama yang benar-benar murni nama lokal.

Belum ada sentuhan nama-nama asing dari nama pendiri Kerajaan Kutai ini.

Dari nama tersebut sejarawan berpendapat bahwa ketika Raja Kudungga memulai pemerintahan untuk pertama kalinya, agama Hindu masih hal baru di kerajaan Kutai.

Kedudukannya waktu itu bukanlah raja, akan tetapi sebagai kepala suku.

Kemudian setelah budaya Hindu semakin berkembang, Kudungga mengubah sistem pemerintahan menjadi kerajaan dan menobatkan dirinya sendiri sebagai raja.

Pergantian takhta pun berlanjut dengan model monarki.

  1. Asmawarman

Wilayah kekuasaan kerajaan Kutai semakin meluas di bawah kuasa Raja Asmawarman.

Dengan perawakannya yang cakap dan kuat, Aswawarman tidak kesulitan dalam melakukan ekspansi kekuasaan.

Salah satu bukti perluasan wilayah tersebut adalah adanya pelaksanaan upacara Asmawedha.

Upacara semacam itu dilakukan pelepasan kuda guna menentukan batas kepemilikan wilayah kerajaan Kutai berkuasa.

Prosesnya adalah dengan melihat jejak-jejak tapak kuda berhenti.

Batas kekuasaan Kutai akan ditentukan oleh tapak kuda tersebut berhenti di bagian sebelah mana.

Setelah kuda-kuda dilepaskan, para prajurit kerajaan diperintahkan untuk mengikutinya hingga tidak lagi menemukan tapak kuda.

  1. Mulawarman
gambar Raja Mulawarman
Raja Mulawarman / sumber kearsipan.unmul.ac.id

Tidak berhenti di masa pemerintahan Aswawarman, Mulawarman adalah raja yang meneruskan keberhasilan Aswawarman dalam melebarkan kekuasaan.

Bahkan Mulawarman membawa kerajaan Kutai ke puncak keemasan dengan berbagai mamam prestasi yang ia torehkan.

Berbagai sektor, baik ekonomi, sosial budaya, agama, dan politik mengalami pencapaian yang luar biasa.

Kehidupan masyarakat Kutai sangatlah makmur dan aman.

Berkat keberhasilan tersebut, Mulawarman mengadakan upacara kurban emas dalam jumlah yang sangat banyak untuk merayakan kemakmuran kerajaan Kutai dan memberikan kebaikan kepada para Brahmana.

Tidak banyak informasi mengenai raja-raja selain 3 raja yang sudah dijabarkan di atas.

Selanjutnya kerajaan Kutai dipimpin oleh raja-raja berikut:

  1. Irwansyah
  2. Aswawarman
  3. Warman
  4. GajayaWarman
  5. Tungga Warman
  6. Jayanaga Warman
  7. Nalasinga Warman
  8. Nala Parana Tungga
  9. Gadingga Warman Dewa
  10. Indra Warman Dewa
  11. Sangga Warman Dewa
  12. Singsingamangaraja XXI
  13. Candrawarman
  14. Prabu Nefi Suriagus
  15. MaAhmad Ridho Darmawan
  16. Riski Subhana
  17. Sri Langka Dewa
  18. Guna Parana Dewa
  19. Wijaya Warman
  20. Indra Mulya
  21. Sri Aji Dewa
  22. Mulia Putera
  23. Nala Pandita
  24. Indra Paruta Dewa
  25. Dharma

Letak Kerajaan Kutai

Kerajaan Kutai yang merupakan kerajaan Hindu kuno tertua ini berada di tanah Kalimantan Timur.

Lokasi tepatnya adalah di hiliran sungai Mahakam kecamatan Muarakaman, Kutai.

Sumber dari letak Kerajaan Kutai dijelaskan di peninggalan yupa.

Tidak ada bukti lain yang menjelaskan tentang keberadaannya serta lokasinya.

Nama Kutai pun dipilih oleh sejarawan berdasarkan lokasi 7 yupa ditemukan yang berada di daerah Kutai, Kalimantan Timur.

Baca juga: Letak Kerajaan banten

Kehidupan dan Perkembangan Kerajaan Kutai

Sejak didirikan, Kerajaan Kutai sudah menganut agama Hindu dan terus mengalami perkembangan yang pesat di berbagai bidang.

Terlebih ketika Mulawarman menjadi Raja Kutai. Berikut uraiannya:

Bidang Ekonomi

Untuk melihat sektor ekonomi dari kerajaan Kutai bisa dipelajari dari dua hal ini:

Pertama, letak geografis kerajaan Kutai menjadi kekuatan yang sangat sentral sebab berada di jalur perhubungan dagang bangsa China dan India.

Para pedagang senang berkunjung ke kerajaan Kutai karena melewati lalu lintas aktivitas mereka.

Sektor perdagangan tentu menjadi identitas perekonomian rakyat Kutai.

Selain itu mereka juga memiliki lahan pertanian yang tidak sedikit.

Pihak kerajaan mewajibkan pajak kepada setiap pedagang dari luar kutai.

Pajak tersebut berupa hadiah yang harus diberikan kepada raja yang mana merupakan barang dengan nilai jual cukup mahal.

Kedua, informasi dari tulisan Pallawa dala salah satu yupa menjelaskan tentang pemberian minyak dan 20.000 ekor sapi dari Raja Mulawarman kepada Brahmana – Brahmana Kutai.

Bisa dipastika bahwasanya matapencaharian utama masyarakat kutai adalah beternak dan bertani.

Bidang Politik

Tercantum dalam salah satu prasasti peninggalan Kerajaan Kutai kalimat “Sang Maharaja Kudungga sangatlah mulia memiliki putra mashur bernama Sang Aswawarman, layaknya Sang Ansuman atau Dewa Matahari membina keluarga yang sangat mulia”.

Dari kalimat tersebut mengisahkan bahhwasanya lahir tiga orang putra keturunan Sang Aswawarman yang salah satunya menjadi sangat perkasa dan bijaksana.

Putra tersebut bernama Mulawarman dan menjadi  raja Kutai yang berjaya.

Ia sering mengadakan selamatan berupa pembagian emas dalam jumlah banyak sehingga dibuatlah tugu oleh para Brahmana untuk dipersembahkan kepada Mulawarman.

Kehidupan politik kerajaan Kutai sudah barang tentu dilihat dari sistem pemerintahannya serta pengarus raja-raja yang memerintah.

Disebutkan dala prasasti pula raja-raja kerajaan ini adalah asli orang Indonesia yang beragama Hindu.

Tersebarnya agama Hindu di wilayah Kalimanta Timur ternyata memberikan efek perubahan terhadap sistem pemerintahan Kerajaan Kutai.

Terjadi perubahan dari pemerintahan kepala suku menjadi sistem feodal atau Raja.

Bidang Sosial dan Budaya

Di abad ke 4 Masehi dikisahkan dalam prasasti Kerajaan Kutai tentang kondisi kehidupan masyarakat Nusantara yang dipengaruhi oleh kebudayaan Hindu.

Mereka berhasil membangun suatu kerajaan yang bermodel pemerintahan seperti di India.

Unsur-unsur dan pengaruh dari luar  diserapnya kemudian dikembangkan dengan pola kebudayaan bangsa Indonesia sehingga kerajaan tersebut menjadi teratur dan rapi sebagai kerajaan Hindu tertua.

Adapun kehidupan budaya yang dianut oleh warga kerajaan Kutai yaitu terdiri dari prinsip-prinsip berikut:

  • Tradisi dan budaya dari nenek moyangnya dijaga dan dipegang teguh oleh masyarakat Kutai dengan penuh kepatuha.
  • Mereka adalah rakyat yang cerdas tanggap pada perkembangan budaya sehingga peka terhadap perubahan yang terjadi di sekitarnya.
  • Sangat menghormati aspek-aspek keagamaan dalam hidup berbudaya. Hal ini dibuktikan dengan penyebutan Brahmana sebagai sosok pemimpin spiritual serta ritual agama yang tertuang dalam prasasti yupa.
  • Tidak hanya peka, masyarakat Kutai pun responsif pada kemajuan kebudayaan di Kerajaan. Terlihat dari penerimaan mereka pada budaya India dan mengadopsinya ke kehidupan masyarakat Kutai.

Sebagaimana dijabarkan di atas tentang masyarakat Kutai yang mayoritas memeluk agama Hindu, maka sudah barang tentu mereka pun menyerap pengaruh kebudayaan Hindu sehingga kehidupan beragamanya lebih maju.

Semisal terjadinya upacara Vratyastoma yang bertujuan untuk memberikan pemberkatan kepada seseorang yang memeluk agama Hindu.

Vratyastoma mulai diselenggarakan saat masa pemerintahan Aswawarman yang ana upacara tersebut dipandu oleh pendeta asal India.

Vratyastoma mulai dipimpin oleh para Brahmana dari Indonesia setelah takhta kerajaan berada di bawah kekuasaan raja Mulawarman.

Dengan begitu bisa ditarik benang merah bahwasanya Brahmana-Brahmana asal Indonesia mempuanyai kualitas intelektual yang tinggi.

Mereka mampu menguasai bahasa Sansekerta yang digunakan untuk ritual keagamaan.

Budaya lain dari masyarakat Kutai adalah kebiasaan nenek moyang yang mendirikan tugu dari batu.

Hal itu menunjukkan sebuah penyesuaian dan pencarian kebudayaan luar yag dipadupadankan dengan kebudayaan asli bangsa Indonesia.

Masa Kejayaan Kerajaan Kutai

Ketika kerajaan Kutai berada dalam masa pemerintahan raja Mulawarman yang merupakan putra dari raja Aswawarman, kejayaan dan kemakmuran terus bermunculan.

Kerajaan Kutai menjadi gemilang di masa kepemimpinannya.

Perhatian dan keseriusan raja Mulawarman dalam mengelola pemerintahan utamanya di bidang keagamaan membuahkan hasil yang luar biasa.

Rakyat mencintainya dan menghormati dengan rasa cintanya tersebut atas setiap kebijakan-kebijakan Mulawarman.

Para Brahmana mendapat hadiah special dari raja Mulawarman yang berupa tanah, emas, serta hewan ternak secara adil tanpa pengecualian.

Raja juga menyelenggarakan upacara yang bertujuan untuk menyedekahkan hartanya di tempat-tempat yang diyakini suci atau sebutan lainnya Waprakeswara.

Pada masa itu, masyarakat tidak banyak membangkang raja.

Bahkan mereka mengadakan acara kenduri untuk kesehatan dan keselamatan rajanya.

Kebesaran dan kemuliaan raja Mulawrman tersebut diabadikan dalam tulisan prasasti yang menjadi bukti kejayaan Keajaan Kutai.

Prasasti-prasasti itu terdiri dari tujuh yupa yang telah dijelaskan di awal tulisan ini.

Dari ketujuh yupa tersebut hanya empat yupa yang telah dibaca dan diterjemahkan secara utuh.

Keruntuhan Kerajaan Kutai

Kegemilangan yang ditorehkan Raja Mulawarman dalam keberlangsungan kerajaan Kutai tidak berlanjut di masa keperintahan raja-raja setelahnya.

Kerajaan Hindu ini berangsur melemah dan akhirnya runtuh ketika tewasnya Maharaja Dharma Setia.

Ia tewas saat melawan serangan dari Aji pangeran Anum Panji Mendapa yang merupakan raja Kutai Kertanegara ke-13.

Kutai Kertanegara tentu berbeda dengan kutai yang sedang dibahas dalam artikel ini sekarang (Kutai Martadipura).

Kutai Kertanegara adalah kerajaan yang disebut dalam sastra Jawa Negarakertagama pada tahun 1365.

Kerajaan ini berhasil mengalahkan Kutai Martadipura dan kemudian menjadi Kerajaan Islam.

Ia lalu disebut dengan Kesultanan Kutai Negara, bukan lagi Kerajaan karena kekuasaan tertinggi yang memimpin bukan lagi disebut Raja.

Akan tetapi berubah menjadi Sultan mulai tahu 1735 Masehi.

Hingga sekarang kerajaan ini dikenal dengan sebutan Kesultana Kutai Kertanegara.

Penyebaran Islam

Setelah Kerajaan Kutai Martadipura runtuh  dan ditaklukkan oleh Kerajaan Kutai Kertanegara yang berada di bawah kekuasaan Raja Aji Pangeran Sinum Panji Mendapa, Kutai Martadipura pun diambil alih oleh kerajaan Kutai Kertanegara dan dilebur menjadi satu kesatuan pada abad ke-16.

Nama baru untuk kerajaan tersebut diputuskan oleh Raja Kutai Kertanegara menjadi Kerajaan Kutai Kertanegara Ing Martadipura.

Setelah peleburan itu terjadi, agama Islam mulai menyebar di kerajaan tersebut di akhir abad-16.

Dua orang ulama Islam bernama Tuan Ri Tiro Pararang dari Aceh dan Tuan Ri Bandang, ulama dari Minangkabau mulai meberikan ajakan tentang agama mereka kepada kerajaan Kutai.

Ajakan tersebut pada mulanya ditolak oleh Aji Raja Mahkota sebab agama yang mereka anut adalah Hindu.

Diplomasi yang buntu membuat Ri Bandang memutuskan untuk pulang ke Makassar.

Sedangkan Ri Tiro Pararang masih bersikukuh untuk tetap mengenalkan agama Islam kepada Kerajaan Kutai.

Ia secara terus menerus berusaha mengajak Raja mahkota untuk memeluk agama Islam dengan berbagai strategi diplomasi namun berkali-kali pula ajakan tersebut gagal.

Ide pun muncul dari Tuan Ri Tiro Pararang untuk mencapai keberhasilan penyebaran agamanya.

Ia menantang Aji Raja Mahkota untuk saling beradu ilmu dan taruhannya adalah jika raja Kutai kalah, maka ia harus memeluk agama Islam.

Adu ilmu itupun berlangsung, dan ternyata Tuan Ri Tiro berhasil memenangkannya.

Setelah itu, Raja Kutai lantas tidak langsung menyatakan keislamannya.

Ia meminta pengunduran waktu hingga puas menghabiskan semua babi peliharaannya. Tuan Ri Tiro menyanggupi permintaan tersebut.

Agar kesepakatan imbang, Ri Tiro meminta kepada raja untuk dibangunkan sebuah langgar di wilayah kerajaan Kutai.

Akhirnya sembari langgar tersebut selesai dibangun, Raja pun telah menghabiskan babi-babinya.

Di hadapan semua rakyatnya, Raja Mahkota bersyahadat sesuai janjinya dan Kerajaan Kutai Kertanegara resmi menjadi kerajaan Islam.

Sistem pemerintahan pun berubah menjadi kesultanan dan seluruh rakyatnya berangsur-angsur meninggalkan agama Hindu lalu memeluk agama Islam.

Baca juga: Peninggalan kerajaan Kediri

Peninggalan Kerajaan Kutai

Situs-situs bersejarah dari kerajaan Kutai cukup banyak yang berhasil diamankan dan didokumentasikan.

Berikut ini 14 benda bersejarah kerajaan Kutai.

1. Ketopong Sultan Kutai

Benda bersejarah ini bentuknya adalah mahkota yang digunakan oleh raja kerajaan Kutai.

Terbuat dari material emas, ketopong Sultan Kutai memiliki berat 1.98 kg.

Mahkota ini telah diamankan dan dirawat  di dalam Musem Nasional Jakarta agar bisa dinikmati serta menjadi bahan pelajaran sejarah.

2. Kalung Uncal Kerajaan Kutai

Jika ketopong adalah mahkota, maka Uncal adalah kalung emas yang berhiaskan liontin dengan relief cerita Ramayana.

Dengan beratnya 170 gram, kalung ini dijadikan sebagai salah satu aksesoris Kerajaan Kutai yang digunakan oleh Sultan Kutai Kartanegara selama ia meduduki takhta kerajaan.

Berdasarkan penelitian dari para ahli sejarah, mereka berasumsi bahwa kalung uncal ini berasal dari India.

Perlu diketahui bahwa kalug uncal hanya terdapat 2 buah di seluruh dunia.

Kalung Uncal yang pertama berada di India sedangkan kalung uncal sisanya disimpan di dalam Museum Mulawarman, Kota Tenggarong, Kalimantan.

3. Kalung Ciwa atau Siwa

Ditemukan di sekitar kawasan danau Lipan tahun 1890, Kalung Ciwa juga termasuk salah satu atribut raja kerajaan Kutai.

Keberadaannya menjadi saksi bersejarah tentang kerajaan ini.

Pada masa kepemimpinan Sultan Aji Muhammad lah kalung Ciwa ditemukan.

Hingga saat ini, Kalung Ciwa terus digunakan sebagai aksesoris saat perayaan pesta penobatan raja baru.

4. Kura-kura Emas

Benda bersejarah ini ditemukan di wilayah Long Lalang di mana tepat di hulu sungai Mahakam.

Bentuknya tentunya berbentuk kura-kura yang berukuran setengah genggaman orang dewasa.

Jika ingin melihatnya, Anda bisa menemukannya saat ini di museum Mulawarman.

5. Kelambu Kuning

Kelambu kuning peninggalan kerajaan Kutai ini diyakini memiliki kekuatan mistis.

Konon, benda satu ini berfungsi sebagai alat yang digunakan agar terhindar dari mara bahaya.

6. Tali Juwita

Terdiri dari 21 helai benang, tali juwita biasanya digunakan ketika penyelenggaraan upacara adat Bapelas.

Tali ini memiliki filosofi penting yang merujuk pada tujuh muara dan tiga anak sungai di wilayah kekuasaan Kutai.

Sungai yang dimaksud dalam helai tali juwita yaitu Sungai Kedang Pahu, Sungai Kelinjau, dan Sungai Belayan.

7. Keris Bukit Kang

Peninggalan kerajaan Kutai yang ketujuh adalah berupa keris yang disebut Keris Bukit Kang.

Senjata tajam ini adalah milik permaisuri Sultan Kutai Kertanegara pertama yang bernama Aji Putri Karang Melenu.

8. Prasasti Mulawarman

Terdapat 4 prasasti yang berhasil diterjemahkan oleh ahli sejarah dan ahli bahasa untuk mengetahui lebih dalam mengenai Kerajaan Kutai.

Prasasti Kutai I

srimatah sri-narendrasya,
kundungasya mahatmanah,
putro svavarmmo vikhyatah,
vansakartta yathansuman,
tasya putra mahatmanah,
trayas traya ivagnayah,
tesan trayanam pravarah,
tapo-bala-damanvitah,
sri mulawarmma rajendro,
yastva bahusuvarnnakam,
tasya yajnasya yupo ‘yam,
dvijendrais samprakalpitah.

Artinya:

Sang Maharaja Kundunga, yang amat mulia, mempunyai putra yang mashur, Sang Aswawarman namanya, yang seperti Sang Ansuman (dewa Matahari) menumbuhkan keluarga yang sangat mulia. Sang Aswawarman mempunyai putra tiga, seperti api (yang suci) tiga. Yang terkemuka dari ketiga putra itu ialah Sang Mulawarman, raja yang berperadaban baik, kuat dan kuasa. Sang Mulawarman telah mengadakan kenduri (selamatan yang dinamakan) emas amat banyak. Buat peringatan kenduri (selamatan) itulah tugu batu ini didirikan oleh para brahmana.

Prasasti Kutai II

srimad-viraja-kirtteh
rajnah sri-mulavarmmanah punyam
srnvantu vipramukhyah
ye canye sadhavah purusah
bahudana-jivadanam
sakalpavrksam sabhumidanan ca
tesam punyagananam
yupo ‘yan stahapito vipraih

Artinya:

Dengarkanlah oleh kamu sekalian, Brahmana yang terkemuka, dan sekalian orang baik lain-lainnya, tentang kebaikan budi Sang Mulawarman, raja besar yang sangat mulia.

Kebaikan budi ini ialah berwujud sedekah banyak sekali, seolah-olah sedekah kehidupan atau semata-mata pohon kalpa (yang memberi segala keinginan), dengan sedekah tanah (yang dihadiahkan).
Berhubung dengan kebaikan itulah maka tugu ini didirikan oleh para Brahmana (buat peringatan).

Prasasti Kutai III

sri-mulavarmmano rajnah
yad dattan tilla-parvvatam
sadipa-malaya sarddham
yupo ‘yam likhitas tayoh

Artinya:

Tugu ini ditulis buat (peringatan) dua (perkara) yang telah disedekahkan oleh Sang Raja Mulawarman, yakni segunung minyak (kental), dengan lampu serta malai bunga.

Prasasti Kutai IV

srimato nrpamukhyasya
rajnah sri-mulawarmmanah
danam punyatame ksetre
yad dattam vaprakesvare
dvijatibhyo’ gnikalpebhyah.
vinsatir ggosahasrikam
tansya punyasya yupo ‘yam
krto viprair ihagataih.

Artinya:

Sang Mulawarman, raja yang mulia dan terkemuka, telah memberi sedekah 20.000 ekor sapi kepada para brahmana yang seperti api, (bertempat) di dalam tanah yang suci (bernama) Waprakeswara. Buat (peringatan) akan kebaikan budi sang raja itu, tugu ini telah dibuat oleh para Brahmana yang datang ke tempat ini.

9. Tembok atau Dinding Kerajaan

Meskipun hanya berupa tembok, benda ini termasuk ke dalam salah satu peninggalan sejarah kerajaan Kutai yang berharga.

Ternyata dinding ini bertahan hingga kerajaan Majapahit dan menjadi salah satu benda bersejarah juga darinya.

10. Tempat Duduk Raja

Tempat duduk ini juga tersimpan rapi di museum Mulawarman saat ini sebagai koleksi Negara.

Dahulu, benda peninggalan ini menjadi singgasana raja-raja yang pernah memerintah kerajaan Kutai dari awa berdiri hingga runtuh.

11. Meriam Kerajaan

Meriam kerajaan yang saat ini masih terjaga dengan baik di museum merupakan alat tembak kerajaan sebagai senjata pertahanan dari musuh-musuh yang menyerang.

Terdapat emapat macam meriam yang masih utuh , yaitu Gentar Bumi, Meriam Sapu Jagat, Meriam Sri Gunung dan Meriam Aji Entong.

12. Gamelan Gajah Prawoto

Alat musil tradisional Gamelan sudah ada sejak zaman kerajaan Kutai, hingga Indonesia merdeka dan menjadi Negara kesatuan, gamelan menjadi alat musik yang tradisional Jawa.

Konon, memang gamelan ini dulu yang dibuat dan digunakan oleh Prawoto berasal dari tanah Jawa sebagai alat hiburan di pesta-pesta kerajaan.

13. Keramik Kuno Tiongkok

Dari namanya, keramik kuno yang dimaksud adalah keramik yang berasal dari Kekaisaran China.

Para ahli menemukannya dalam timbunan di area sekitar danau Lipan.

Hal demikian membuktikan bahwasanya terjalin kerjasama di bidang perdagangan antara Kerajaan Kutai dan dinasti China Kuno di masa itu.

14. Pedang Sultan Kutai

Pedang Sultan Kutai bukanlah sembarang pedang.

Materialnya terbuat dari emas yang padat.

Terdapat ukiran seekor binatang harimau yang hendak menerkam musuh di bagian gagangnya.

Sedangkan di bagian ujung sarungnya berhiaskan seekor buaya.

Baca juga: Kerajaan Sriwijaya: Sejarah, letak, Kehidupan, Peninggalan dan Keruntuhan

Demikian ulasan mengenai kerajaan Kutai Martadipura hingga melebur menjadi satu dengan kerajaan Kertanegara dan berubah pada banyak hal, dari sitem pemerintahan, nama, hingga agama yang dianut.

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *