Kerajaan Demak: Sejarah, Letak, Peninggalan, Silsilah, Pendiri dan masa Kejayaan

kerajaan demak
Sejarah Kerajaan Demak / sumber: dindikbud.demakkab.go.id
5/5 - (1 vote)

Balaibahasajateng, Kerajaan Demak: Sejarah, Letak, Peninggalan, Silsilah, Pendiri dan masa Kejayaan – Jika Anda mengingat sejarah Islam di Indonesia, pastinya memori anda langsung tergambar kerajaan Islam pertama di tanah Jawa yaitu Kerajaan Demak.

Bukan hanya alasan terkenal ataupun sering disebut dalam buku sejarah, tapi Kerajaan Demak memang menjadi salah satu sentral yang sampai sekarang dapat dinikmati peninggalan-peninggalan kerajaan yang banyak diminati wisatawan ataupun para pencari ilmu keislaman.

Kerajaan Demak termasuk kerajaan Islam yang lebih dulu ada dan terletak di pesisir utara Jawa.

Kendatipun kekuasaan kerajaan Demak tidak berlangsung lama, namun kerajaan ini termasuk promotor penyebar luaskan agama Islam di pulau Jawa dan sekitarnya.

Kerajaan Demak yang lahir sebab perjuangan Raden Patah ini mengalami masa keemasan pada saat pemerintahan Sultan Trenggana, putra Raden Patah.

Masa keemasan tersebut dapat terlihat dengan semakin meluasnya kekuasaan Kerajaan Demak yang antara lain menaklukan setengah wilayah Jawa Barat, Jayakarta, Jawa Tengah, dan separuh wilayah Jawa Timur.

Area pelabuhan beserta pedalaman di seluruh Nusantara berhasil dikuasai selama masa pemerintahan Sultan Trenggana.

Kerajaan Demak mengalami masa sulit dan mulai goyah setelah Sultan Trenggana meninggal dunia.

Disebabkan adanya perebutan kekuasaan dan pemberontakan, kerajaan Demak mengalami kemunduran dan kini tinggal nama.

Agar anda lebih mengenal bagaimana, siapa dan kapan Kerajaan Demak ini bermula ataupun berakhir, maka tetaplah mengikuti kemana penjelasan tentang kerajaan Islam ini selanjutnya:

Table of Contents

Latar Belakang berdirinya Kerajaan Demak

Atas Ikhtiar para ulama Walisongo, Kerajaan Demak terbentuk pada abad ke-15.

Kerajaan Islam pertama di pulau Jawa ini didirikan oleh Raden Patah, keturunan Raja Brawijaya V, seorang Adipati Demak yang beragama Islam.

Raden Patah yang merupakan raja pertama Demak lahir dan dibesarkan di Palembang.

Awalnya, Demak termasuk wilayah bawahan kerajaan Majapahit.

Namun setelah Majapahit mengalami  keruntuhan pada tahun 1478 M, Demak melepaskan diri dari kekuasaan Majapahit.

Ketika masih berstatus Bintoro, Demak yang berada di bawah kekuasaan Majapahit dipasrahkan oleh Raja kepada Raden Patah.

Demak yang pada awalnya hanya wilayah terpencil, kini mulai maju dan berkembang menjadi wilayah yang banyak kedatangan pengunjung dan menjadi sentral pertumbuhan agama Islam.

Pra Demak sebagai induk kerajaan, Demak termasuk wilayah yang berada di bawah kekuasaan kerajaan Majapahit.

Ketika Sebelumnya orang lebih mengenal dengan sebutan ‘Glagah wangi’, dulu Demak termasuk kadipaten Jepara yang Adipatinya memeluk agama Islam.

Kerajaan Demak memiliki peranan penting dalam proses penyiaran agama Islam.

Kerajaan Demak berkembang sebagai pusat penyebaran agama Islam di Nusantara.

Wilayah kekuasaan kerajaan Demak meliputi Jepara, Pati, Semarang, Rembang, Kepulauan di Selat Karimata, dan Kalimantan.

Demak menjadi pusat penyebaran agama Islam di Jawa dan Nusantara bagian Timur atas peranan para Walisongo.

Beberapa para ahli berpendapat mengenai asal-usul kerajaan Demak, antara lain:

Pertama, bahwa Demak berasal dari kata Delemak, yang mempunyai makna tanah yang mengandung air (rawa) menurut pendapat Prof. Purbotjaroko.

Kedua, arti Demak menurut Prof. R.M Sutjibto Wiryosuparto adalah pemberian yang merupakan bahasa Kawi.  

Ketiga, diambil dari buku yang ditulis oleh Sholichin yang berjudul “Sekitar Walisongo” dikatakan bahwa Prof. Dr. Hamka berpendapat tentang asal nama Demak yang memiliki arti air mata.

Makna tersebut diungkapkan berdasarkan kata bahasa arab Dimak.

Letak Kerajaan Demak

Kerajaan Demak berlokasi di sekitar wilayah Jawa Tengah.

Pada mulanya, kerajaan Demak termasuk daerah dibawah kekuasaan Majapahit yang lebih dikenal dengan nama Bintoro.

Atas bantuan dari para Adipati pesisir Jawa Tengah dan Jawa Timur, Raden Patah yang merupakan raja bawahan di Bintoro melepaskan diri dari kekuasaan Majapahit.

Kemudian Raden Patah mendirikan kerajaan Islam pertama di Jawa, yaitu kerajaan Demak.

Setelah Majapahit dihancurkan oleh pasukan Demak, pusat pemerintahan di pindahkan ke Demak.

Karena berada diantara dua pelabuhan penting, yaitu pelabuhan  Jepara dan Pelabuhan Kerajaan Majapahit kuno, maka kerajaan Demak dalam pertumbuhan pertanian dan perdagangan sangatlah strategis.

Sedangkan yang menjadi penyambung antara Demak dan daerah pedalaman ialah sebuah sungai yang bermuara di Laut Jawa dan berada di tengah Demak dan Jepara, yaitu Sungai Serang.

Sedangkan jika mengutip hasil penelitian IAIN Walisongo Jawa Tengah pada tahun 1974 M, bisa diketahui beberapa pendapat yang menjelaskan tentang lokasi Kerajaan Demak, yakni:

Pertama : bahwa dapat diketahui bahwa tidak ada jejak kerajaan Demak yang ditemukan.

Dengan kesimpulan bahwa Raden Patah hanya memiliki alasan yang kuat untuk menumbuh suburkan agama Islam di Demak, tidak dengan alasan yang lain.

Dan dasar didirikannya masjid Demak oleh para Walisongo adalah sebagai bukti adanya kesultanan Demak.

Sedangkan tempat tinggal Raden Patah tidak berupa istana yang megah seperti istana seorang raja biasanya, melainkan hanya sebuah bangunan beratap biasa yang terletak di Rowobatok, yaitu sekitar stasiun kereta api.

Kedua: pada umumnya letak antara istana dan masjid berdekatan jaraknya.

Diperkirakan kawasan yang saat ini terdapat Lembaga Permasyarakatan itu merupakan lokasi Kerajaan Demak yang sebenarnya.

Hal itu karena tidak dapat dipungkiri jika ada faktor kesengajaan untuk menghilangkan jejak kraton Asumsi tersebut dinyatakan atas dasar ditemukannya nama-nama dari perkampungan Setinggil, Jogoloyo, Sampangan, dan Betengan di wilayah itu.

Ketiga : keberadaan kraton terletak di depan sungai yang terdapat penyeberangannya dengan ditandai dua pohon pinang yang hingga saat ini masih berdiri kokoh.

Terdapat makam kiai Gunduk di antara dua pohon pinang tersebut. Konon, sebenarnya yang ditanam itu merupakan sebuah pusaka.

Baca juga: Peninggalan Kerajaan Banten : Silsilah, Sejarah, Masa kejayaan dan letak

Kehidupan Politik Kerajaan Demak

Demak adalah kerajaan Islam pertama di Jawa Tengah yang berdiri pada tahun 1478 M sesudah kerajaan Hindu-Buddha di daerah Jawa.

Kerajaan Demak mempunyai peran penting dalam penyebaran agama Islam di seluruh wilayah Indonesia.

Jauh sebelum itu, kerajaan Islam ini bernama Glagah atau Bintoro yang kemudian berubah menjadi Demak.

Gelar Senopati Jimbun Ngabdurrahman Panembahan Palembang Sayidin Panaragama yang disandang Raden Patah menjadikannya soosok raja Demak pertama yang bijaksana.

Kerajaan Demak ini berdiri dengan adanya dukungan dan restu dari para walisongo.

Awal mulanya, Demak merupakan daerah bagian dari kekuasaan kerajaan Majapahit.

Namun ketika kerajaan Majapahit berangsur-angsur lemah dan sebaliknya Islam mulai semakin pesat.

Maka kadipaten Demak ini melepas diri dari kekuasaan kerajaan Majapahit dan mulai berkembang menjadi sebuah kerajaan Islam yang paling besar dan kuat.

Pada tahun 1507, Raden Patah digantikan putranya yang bernama Adipati Unus yang bergelar Pangeran Sabrang Lor.

Kemudian pada tahun 1521, setelah Adipati Unus wafat diganti oleh seorang adiknya yang bernama Sultan Trenggana dengan gelar Sultan Ahmad Abdul Arifin.

Setelah Adipati Unus wafat, terjadi kemelut politik di Kerajaan Demak.

Dua adiknya, Pangeran Sekar Seda Lepen dan Pangeran Trenggana saling berperang berebut takhta.

Di tengah perang saudara ini, pangeran Sekar Seda Lepen dibunuh oleh Sunan Prawoto atas suruhan ayahnya, Sultan Trenggana.

Tewasnya Sekar Seda Lepen mengantarkann Sultan Trenggana menjadi raja ketiga Kerajaan Demak.

Dibawah kepemimpinan Sultan Trenggana, puncak kejayaan kerajaan Demak mulai tercapai.

Sultan Trenggana menjadikan kerajaan Demak sebagai pusat kekuasaan di Jawa dan salah satu pusat penyebaran agama Islam di Nusantara.

Namun setelah Sultan Trenggana wafat, kembali terjadi persaingan politik antara keluarga Pangeran Sekar Seda Lepen dan keluarga Sultan Trenggana.

Arya Penagsang dengan amarah balas dendamnya mampu membunuh Sunan Prawoto sebagai ganti terbunuhnya pangeran Sekar Seda Lepen, yaitu  ayahnya pada saat pemberontakan perampasan kewenangan atas kerajaan Demak.

Pada saat itu, setelah Sunan Prawoto naik tahta menggantikan Sultan Trenggana, Arya Penangsang langsung menggerakkan pasukannya untuk menyerang Demak.

Pada masa itu posisi kerajaan Demak sedang kosong armada, maka dengan mudahnya pasukan Arya Penangsang menaklukan kerajaan Demak.

Dengan gugurnya Sunan Prawoto dan adik iparnya, Pangeran Kalinyamat, ternyata belum menyelesaikan masalah politik kedua keluarga ini.

Di tengah kemelut politik yang berlarut-larut, muncullah sosok Joko Tingkir, seorang Adipati Pajang sekaligus adik ipar Pangeran Kalinyamat dan Sunan Prawoto.

Dengan dibantu oleh Ki Ageng Panjawi dan Ki Ageng Pemanahan, serta di dukung oleh janda dari pangeran Kalinyamat, Joko Tingkir berhasil meredamkan pemberontakan Arya Penangsang.

Putera pangeran Sekar Seda Lepen itu tewas dibunuh senopati Pajang bernama Sutawijaya, putera Ki Ageng Panahan.

Dapat diatasinya kemelut politik di Kerajaan Demak itu menjadi alat bagi Joko Tingkir untuk naik ke puncak kekuasaan.

Setelah kemelut berakhir, Pajang menjadi kekuatan yang disegani.

Keadaan itu dimanfaatkan oleh Joko Tingkir untuk memindahkan pusaka kerajaan Demak ke Pajang. Alasan dipindahkannya ibu kota Demak ke Pajang karena terjadinya perang saudara.

Masa Kejayaan dan Keemasan Kerajaan Demak

Sebagai kerajaan besar tentu kerajaan Demak pernah mengalami masa kejayaan dan keemasan.

Masa kejayaan dan keemasan tersebut berawal pada abad ke-16. Kerajaan Demak telah menjadi kerajaan yang kuat dan tidak memberikan kesempatan kerajaan lain untuk menandingi kekuatannya kekuasaannya.

Demak berusaha menjadikan wilayahnya sebagai kerajaan maritim terbesar diseluruh tanah air.

Dan setelah benar mencapainya, Raden Patah berhasil membuat Jepara dan Semarang menjadi pelabuhan transit yang menghubungkan Indonesia bagian timur sebagai daerah penghasil rempah-rempah terbanyak, dengan Malaka sebagai daerah pemasaran Indonesia bagian barat.

Kedudukan Malaka yang strategis itu menimbulkan keinginan Demak untuk menggantikan kedudukan Malaka sebagai pusat perdagangan terbesar di peraiaran Asia Tenggara.

Seperti yang disebutkan bahwa kerajaan Demak mengalami masa kejayaan di bawah kepemimpinan Sultan Trenggana.

Masa kejayaan tersebut ditandai dengan kekuasaan Demak yang semakin hari semakin meluas meliputi sebagian wilayah Jawa Barat, Jayakarta, Jawa Tengah, dan sebagian wilayah Jawa Timur.

Lalu membuahkan hasil dalam menyingkirkan Portugis di sunda Kelapa pada tahun 1527 M, berhasil menguasai Tuban, menaklukan Madiun pada tahun 1529 M, Surabaya dan Pasuruan di tahun 1527 M, kemudian berhasil menaklukan Malang serta Blambangan yang merupakan kerajaan Hindu terakhir di sebelah timur pulau Jawa.

Kerajaan Demak memiliki kekayaan gemilang karena menguasai wilayah pelabuhan dan pedalaman di bawah kendali Sultan Trenggana.

Tidak hanya berhasil memperluas wilayah kekuasaannya, Kerajaan Demak juga berhasil memperluas penyebaran agama Islam sampai ke Jawa Tengah dan Jawa Timur.

Keberhasilan penyebaran agama Islam tidak lepas dari peran penting para wali.

Mereka menjadikan kesempatan tersebut sebagai penguat tumbuhnya pengikut agama Islam.

Pada masa pemerintahannya, Sultan Trenggana juga memiliki niat baik untuk menyatukan pulau-pulau Jawa yang berada dibawah kekuasaan Demak.

Niat tersebut dilaksanakan dengan cara melakukan pernikahan politik lewat perjodohan antara putri-putrinya dengan pangeran-pangeran yang mempunyai pengaruh besar terhadap perkembangan kekuasaan Kerajaan Demak.

Pangeran yang masuk dalam daftar perjodohan tersebut adalah Pangeran Hadiri yang menjadi suami dari putrinya, Adipati Jepara, Raden Fatahillah yang dijodohkan dengan adiknya, kemudian Pangeran Paserahan dinikahkan dengan putrinya lalu diangkat menjadi raja di Cirebon.

Selain itu ada pula Joko Tingkir yang dijodohkan dengan putrinya bernama Adipati Pajang.

Baca juga: Masa Kejayaan kerajaan Kamulan

Bidang Ekonomi

Pada awalnya Raden Patah menetap di Gresik, lalu hijrah ke wilayah Demak dan mengembangkan usahanya dengan membuka bandar perdagangan.

Saat itu Demak merupakan salah satu pelabuhan terbesar yang ada di Nusantara, karena ramai dikunjungi oleh kapal-kapal dagang dari berbagai daerah.

Fungsi yang dijalankan oleh pemerintah kerajaan Demak bidang ekonomi sebagai kerajaan maritim begitu maksimal dijalankan sehingga kondisi perekonomian yang dihasilkan sangat baik.

Salah satunya adalah memaksimalkan kesempatan menjadi penghubung antara daerah penghasil rempah-rempah bagian timur dengan Malaka.

Kedudukan Malaka yang strategis itu menimbulkan harapan Demak untuk bisa menyamakan Malaka sebagai pusat perdagangan di perairan Asia Tenggara.

Demak juga menjadi tombak kemajuan dalam perekonomian antar pulau.

Sebab  sebagian daerah Demak merupakan lahan pertanian yang sangat potensial dalam mengasilkan makanan pokok, seperti beras.

Oleh sebab itu, aktivitas perdagangannya semakin pesat karena mendapat penunjang dari hasil pertanian, yang menjadikan Demak mendapatkan royalti yang banyak di bidang ekonomi.

Bidang Sosial dan Budaya

Keadaan kehidupan sosial dan budaya di Demak cukup sama dengan masa berkuasanya Majapahit.

Perbedaan yang mencolok terdapat pada kehidupan sosial dan budaya masyarakat Demak yang turut mengikuti suatu aturan ajaran dan hukum Islam, karena pada dasarnya Demak merupakan sentral penyebaran Islam.

Para wali sengaja menggunakan metode akulturasi dengan kebudayaan yang sudah ada di masyarakat guna memudahkan masyarakat untuk tertarik dan bersedia menganut agama Islam.

Demak menjadi majlis berkumpulnya para ulama Walisongo.

Pada masa perkembangan kerajaan Demak, para wali berperan aktif sebagai tangan kanan raja Demak dalam pengayoman masyarakat.

Sehingga terjalin hubungan yang erat antara raja, para wali dan masyarakat.

Dalam segi budaya banyak peninggalan-peninggalan kerajaan Demak yang sangat penting, salah satunya adalah masjid agung Demak.

Pembangunan masjid Demak dipimpin langsung oleh sunan Kalijaga.

Keistimewaan masjid ini terdapat pada salah satu tiang utamanya yang terbuat dari pecahan-pecahan kayu bernama Soko Tatal.

Arsitektur yang terlihat berbeda dengan masjid yang ada sekarang menambah nilai keindahan dalam kombinasi gaya budaya Jawa dengan Islam.

Hal demikian menunjukkan tanda bahwa adanya campuran dan penyatuan antara kebudayaan Hindu dan kebudayaan Islam.

Perkembangan Islam pada Masa Kerajaan Demak

Kerajaan Demak berlokasi di sekitar wilayah Jawa Tengah.

Pada mulanya, kerajaan Demak termasuk daerah dibawah kekuasaan Majapahit yang lebih dikenal dengan nama Bintoro.

Karena berada diantara dua pelabuhan penting, yaitu pelabuhan  Jepara dan Pelabuhan Kerajaan Majapahit kuno, maka kerajaan Demak dalam pertumbuhan pertanian dan perdagangan sangatlah strategis.

Maka Demak berkembang menjadi kerajaan besar di pulau Jawa dan menjadi promotor dalam rangka perluasan agama Islam.

Penyebaran Islam oleh kerajaan Demak ini menggunakan pendekatan politik, sosial dan budaya.

Pendekatan politik yang sejalan dengan dengan perluasan wilayah dilakukan oleh pemerintah kerajaan.

Sedangkan pendekatan sosial dan budaya, yaitu dalam bidang dakwah, pendidikan dan kesenian lebih banyak dilakukan oleh para wali.

Pendekatan yang lengkap itulah yang membuat Islam tersebar hampir di seluruh pulau Jawa.

Padahal sebelumnya, pengaruh Hindu-Buddha cukup kuat berakar di pulau Jawa.

Baca juga: Peninggalan Hindu Budha

Pada masa perkembangan kerajaan Demak, para wali berperan aktif sebagai tangan kanan raja Demak dalam pengayoman masyarakat.

Sehingga terjalin hubungan yang erat antara raja, para wali dan masyarakat.

Hubungan yang erat tersebut, tercipta dari pengayoman masyarakat yang diadakan di Masjid maupun pondok pesantren.

Pada awal berdirinya Demak Raden Patah mendirikan Madrasah atau Pondok Pesantren.

Hal tersebut mendorong orang-orang untuk berkunjung ke desa Glagah wangi dan menjadikan Demak sebagi sentral ilmu pengetahuan dan agama Islam, serta menggubah Demak sebagai pusat perdagangan yang kuat dan hebat.

Ditambah lagi pada saat pemerintahan Raden Patah tahun 1479 M Walisongo mendirikan salah satu masjid yang terkenal sampai sekarang, yaitu masjid Agung Demak.

Masa pemerintahan Sultan Trenggana merupakan puncak penyebaran Islam oleh Demak, baik melalui kegiatan para wali di seluruh Jawa Tengah, Jawa Timur, Cirebon, Sunda Kelapa, dan banten.

Saingan kuat berasal dari Pajajaran di Jawa Barat dan Blambangan di Jawa Timur. Ke dua wilayah tersebut masih menganut Hindu yang kuat.

Tidak hanya itu, tantangan yang dihadapi pada masa dibawah kepemimpinan Sultan Trenggana tidak mudah.

Karena harus berhadapan dengan para penganut ajaran Islam yang mencampuradukan ajarannya dengan hindu.

Sehingga terjadi pemandangan yang tidak aneh, ketika ada orang yang mengaku beragama Islam tetapi masih mendewakan candid an arca Hindu.

Kedatangan Fatahillah ke Demak karena Pasai sudah dikuasai oleh Portugis.

Hal tersebut membawa angin segar dan tenaga baru dalam rangka menggapai misi besarnya, yaitu menyebarkan ajaran Islam sampai ke wilayah pedalaman.

Sepeninggal Sultan Trenggana, pemerintahan kerajaan Demak mengalami kekacauan akibat perebutan tahta.

Pada tahun 1568, Adiwijaya atau Joko Tingkir yang menjabat Adipati Pajang pada masa kerajaan Demak, berhasil memindahkan semua atribut kerajaan Demak ke Pajang setelah sebelumnya berhasil membunuh Arya Penangsang yang telah membantai keluarga pangeran Prawoto anak Sultan Trenggana.

Kerajaan Pajang sebagai pengganti kerajaan Demak tidak pernah mendapat restu dari sunan Kudus.

Adapun hal tersebut terjadi karena kekhawatiran aliran Syekh Siti Jenar hidup kembali dan mempengaruhi penyebaran Islam yang sudah meluas pada masa kerajaan Demak dulu.

Aliran Syekh Siti Jenar ini adalah model Islam pedalaman yang mencampuradukan antara ajaran Islam dengan budaya Jawa.

Keyakinan Wihdatul Wujud yang dianut oleh Syekh Siti Jenar inilah yang sampai sekarang terkenal dengan istilah Kejawen yang bagi orang-orang awam menganggapnya sebagai bagian dari agama Islam.

Ketika Sultan Adiwijaya atau Joko Tingkir meninggal pada tahun 1587 M, maka kerajaan Pajang yang asalnya kerajaan Demak, tidak mampu dipertahankan sebagai satu-satunya kerajaan yang berkuasa di pulau Jawa.

Runtuhnya Kerajaan Demak

Keruntuhan kerajaan Demak diawali dengan wafatnya Sultan Trenggana pada tahun 1546.

Sejak itu terjadi pertikaian politik mengenai calon pengganti raja.

Para calon pengganti raja yang berperang politik adalah Sunan Prawoto, putra dari Sultan Trenggana dengan Arya Panangsang yang merupakan adik tiri Sultan Trenggana.

Arya Panangsang dengan restu gurunya Sunan Kudus untuk mengambil alih tahta Demak dengan mengutus ajudannya yang bernama Rangkud untuk membalas kematian ayahnya.

Terbunuhnya Sunan Prawoto dan istrinya memicu Arya Penangsang juga membunuh Pangeran Hadiri, Bupati Jepara.

Inilah yang menjadi cikal bakal munculnya ketidaksenangan para Adipati yang lain untuk mengakui Arya Panangsang sebagai raja Demak selanjutnya.

Berkat kekacauan yang terjadi di pusat tersebut mendorong banyak Adipati wilayah taklukan Demak memerdekakan diri.

Pemberontakan penghujung yang dipimpin oleh Joko Tingkir dengan direstui oleh keluarga kerajaan.

Pemberontakan tersebut terbayarkan dengan tewasnya Arya Penangsang oleh Sutawijaya. Runtuhnya kerajaan Demak kemudian disimbolkan dengan dialihkannya otoritas kerajaan Demak ke Pajang oleh Joko Tingkir.

Hancurnya kerajaan Demak cukup sama dengan proses berakhirnya atas kerajaan Majapahit.

Peristiwa wafatnya pentolan-pentolan Demak saat menyerang Blambangan dan semarak  gangguan dari dalam Demak sendiri membuat kerajaan Demak semakin lamban dan berakhir dengan sendirinya.

Silsilah dan Daftar Pemimpin Kerajaan Demak

Adapun raja-raja yang pernah memerintah Kerajaan Demak adalah sebagai berikut:

Raden Patah

Menurut Babad Tanah Jawi, Raden Patah adalah keturunan raja terakhir Kerajaan Majapahit, yaitu Raja Brawijaya V dan seorang Muslimah keturunan Campa.

Sebagai Raja pertama di Demak raden Patah mendapat gelar Sultan Alam Akbar al Fatah.

Namun sumber lain menyebutkan bahwa gelar yang didapat oleh Raden Patah yakni Sunan Ampel dengan nama Seno Adipati Jimbun Ngabdurrahman Panembahan Palembang Sayidin Panatagama.

Di bawah kekuasaan dan pemerintahan Raden Patah kerajaan Demak mampu menjadi pusat tersebarnya Agama Islam.

baca juga: Biografi Raden Saleh Sang Pelopor Seni Lukis Indonesia

Selama 18 tahun sejak tahun 1500 M hingga tahun 1518 M Raden Patah mendirikan masjid Demak dan alun-alun di tengah kota Demak.

Masa kepemimpinan Raden Patah sejak akhir abad ke-15 M hingga awal abad ke-16 M.

Misi besar Raden Patah ketika menjabat sebagai Raja Demak adalah menghancurkan kekuatan Portugis di luar Indonesia dan membuat pertahanan yang kuat di Indonesia.

Sehingga dalam masa pemerintahannya (1513), Raden Patah mengutus putranya yang bernama Adipati Unus membawa 90 kapal dan 1.2000 orang prajurit untuk menyerang Portugis di Malaka meskipun mengalami kegagalan dikarenakan kualitas persenjataan yang kurang memadai di banding Portugis di Malaka.

Lalu Kerajaan Demak menguasai wilayah Jepara, Sedayu, Tuban, Jambi, Palembang serta beberapa wilayah di Kalimantan ketika dipimpin oleh Raden Parah.

Tidak berhenti di situ saja, Demak pun berkuasa atas banyak pelabuhan besar yang menjadi pelabuhan transit para pedagang.

Raden Adipati Unus

Wafatnya Raden Patah pada tahun 1518 M mengantarkan Raden Adipati Unus selaku putranya untuk menggantikan kedudukan sebagai Raja Demak.

Ia adalah sosok panglima perang yang gagah berani dan dijuluki Pangeran Sabrang Lor karena keberhasilannya memimpin perlalawanan terhadap Portugis di Malaka.

Dalam masa kekuasaannya itu yang hanya berlangsung selama 3 tahun, yakni dari tahun 1518 hingga 1521, Ia berhasil menggertak Portugis hingga berhasil ditaklukannya.

Adipati Unus adalah raja yang memiliki masa jabatan paling singkat di kerajaan Demak.

Rencana untuk menyerang Malaka disusunnya setelah dinobatkan sebagai raja Demak.

Hal itu didukung ketika Malaka ditaklukkan oleh Portugis pada tahun 1511.

Semangat berperangnya Adipati Unus semakin membara akan tetapi sayang sekali serangan tersebut tidak berhasil disebabkan pertahanan Portugis yang sangat kuat.

Akhirnya ia kembali ke Demak pada tahun 1513 Masehi.

Raden Trenggana

Pada tahun 1521 Adipati Unus wafat dan digantikan oleh Sultan Trenggana dengan gelar Sultan Ahmad Abdul Arifin.

Masa pemerintahannya berlangsung dari tahun 1521-1546 Masehi. Jabatannya tersebut memiliki masa terpanjang dibandingkan dua raja sebelumnya.

Dibawah pemerintahan Sultan Trenggana, Kerajaan Demak mencapai puncak kejayaan dan keemasannya.

Dengan kebijaksanaan dan keberanian yang diilikinya, rakyat menjadi tunduk pada semua kebijakannya.

Sultan Trenggana menjadikan Demak sebagai pusat kekuasaan di Jawa.

Ia pun menjadikan Demak sebagai salah satu pusat penyebaran agama Islam di Nusantara.

Keinginan besar lainnya adalah menyatukan pulau Jawa di bawah kekuasaan kerajaan Demak.

Langkah demi langkah sudah beliau lakukan untuk meraih cita-cita tersebut diantaranya menyerang daerah Pasuruan di Jawa Timur (Kerajaan Hindu Supit Urang), menyerang Jawa Barat (Banten, Sunda Kelapa dan Cirebon) dan juga mengadakan perkawinan politik antara putri-putrinya diantaranya Pangeran Hadiri yang dijodohkan dengan putrinya yakni Adipati Jepara, Fatahillah yang dijodohkan dengan adiknya, Pangeran Paserahan yang dijodohkan dengan putrinya yang kemudian menjadi raja di Cirebon, dan Joko Tingkir yang dijodohkan dengan putrinya Adipati Pajang.

Di bawah pemerintahan Sultan Trenggana, kekuasaan Demak meliputi sebagian Jawa Barat, Jayakarta, Jawa Tengah, dan sebagian Jawa Timur.

Penaklukan pesisir utara Jawa barat dilakukan oleh Fatahillah, yang turut merintis berdirinya Kerajaan Banten dan Cirebon.

Kekuatan terus bertambah setelah Sunda Kelapa berhasil ditaklukkan kerajaan Demak pada tahun 1527 Masehi.

Lalu raja Demak mengganti nama Sunda Kelapa menjadi Jayakarta yang bermakna kemenangan sempurna.

Setelah Sultan Trenggana wafat, kembali terjadi persaingan politik antara keluarga pangeran Sekar Sedan Lapen dengan putranya Sunan Prawoto.

 Sunan Prawoto

Sengketa secara terus menerus terjadi pasca wafatnya Raja Sultan Trenggana.

Sengketa tersebut terjadi di antara Pangeran Surowito dan Raden Mukmin dan berakhir tragis karena terbunuhnya Pangeran Surwito di tahun 1546 M.

Tragedi pembunuhannya berlangsung saat Pangeran Surwito pulang dari masjid setelah melaksanakan sholat Jum’at.

Dengan wafatnya Pangeran Surwito, kekuasaan Demak pun diberikan pada Raden Mukmin.

Gelar yang diperolehnya setelah ia naik takhta.

Kepemimpinannya tidak berlangsung lama sebab setelah satu tahun menjadi Raja, Arya Penangsang membunuhnya untuk membalaskan dendam atas kematian ayahnya.

Maka berakhirlah masa pemerintahan Sunan Prawoto di kerajaan Demak.

Arya Penangsang

Arya Penangsang menduduki takhta kerajaan setelah berhasil membunuh Sunan Prawoto.

Masa pemerintahannya berlangsung selama 7 tahun dengan penuh ketidakpercayaan kepada bawahan-bawahannya di daerah.

Hal demikian menyebabkan terjadinya pemberontakan Adipati Pajang yang bernama Joko Tingkir.

Pemberontakan tersebut merupakan sejarah terakhir dari semua pemberontakan yang terjadi di Kerajaan Demak.

Akhirnya masa kepemimpinan Arya Penangsang berakhir dan kerajaan Demak jatuh pada kekuasaan Joko Tingkir.

Tidak lama setelah itu Joko Tingkir memutuskan untuk memindahkan kekuasaan Demak ke Pajang guna memberikan penanda atas berakhirnya Kerajaan Demak.

Peninggalan Kerajaan Demak

Pendiri kerajaan Demak adalah Raden Patah yang mana Ia menjadi raja pertama dari taun 1500 Masehi hingga tahun 1568 Masehi.

Raden Patah ini adalah putra kerajaan Majapahit, yakni Brawijaya V.

Masa keemasan yang dicapai Kerajaan Demak terjadi ketika Sultan Trenggana menjadi raja.

Masa kejayaan tersebut ditandai dengan kekuasaan Demak yang semakin hari semakin meluas meliputi sebagian wilayah Jawa Barat, Jayakarta, Jawa Tengah, dan sebagian wilayah Jawa Timur.

Di bawah kepemimpinan Sultan Trenggana, kerajaan Demak menjadi kuat terlebih ketika berhasil menguasai pedalaman dan pelabuhan-pelabuhan Nusantara.

Tidak hanya berhasil memperluas wilayah kekuasaannya, Kerajaan Demak juga berhasil memperluas penyebaran agama Islam sampai ke Jawa Tengah dan Jawa Timur.

Keberhasilan penyebaran agama Islam tidak lepas dari peran penting para wali.

Mereka terus menerus melakukan penyebaran agama Islam kepada penduduk Jawa dan sekitarnya dengan menfungsikan posisinya sebagai strategi yang jitu.

Dengan bukti-bukti yang ditemukam, eksistensi kerajaan Demak semakin kuat.

Ada yang terdiri dari bangunan, ada pula sebagian yang lain yang berupa benda-benda berunsur Islam.

Peninggalan-peninggalan ini diantaranya adalah Masjid Agung Demak,  Pintu Bledek, Soko Tatal dan Soko Guru, Beduk dan kentongan Masjid Demak, Situs kolam wudlu, Maksurah-maksurah, Dampar Kencana, Piring Campa dan Makam Sunan Kalijaga.

Peninggalan-peninggalan tersebut berada di satu tempat dan berikut penjelasannya.

Masjid Agung Demak

masjid demak
Masjid demak

Masjid Agung Demak ini yang menjadi sangat popular sebagai peninggalan bersejarah dari Kerajaan Demak.

Masjid Agung Demak didirikan pada tahun 1479 M pada masa pemerintahan Raden Patah.

Meskipun sudah mencapai usia 6 abad, bangunan tempat ibdah umat muslim ini masih kokoh setelah dilakukan perbaikan beberapa kali.

Bangunan masjid yang terletak di Kadilangu, Demak, ini beratap tumpang yang mirip dengan bentuk pura Hindu.

Masjid Demak didirikan dengan bantuan para Walisongo. Pembangunan masjid dipimpin langsung oleh sunan Kalijaga.

Jika ingin tahu keunikan dari masjid ini, lihatlah pada bagian tiangnya yang utama.

Terdapat pecahan-pecahan kayu kayu di bagian tersebut yang terkenal dengan sebutan Soko tatal.

Arsitektur yang terlihat berbeda dengan masjid yang ada sekarang menambah nilai keindahan dalam kombinasi gaya budaya Jawa dengan Islam.

Peninggalan yang berupa tempat ibadah umat muslim ini tidak hanya menunjukkan keberadaan Kerajaan Demak.

Akan tetapi bangunan tersebut menjadi tanda yang sangat jelas akan peran dari Kerajaan Demak sebagai pusat penyebaran agama Islam di wilayah pulau Jawa.

Masjid Agung Demak berada di desa Kauman, Demak, Jawa Tengah.

Jika penasaran, Anda bisa datang langsung untuk menyaksikan kemegahan dan keuikan dari masjid ini sekaligus mempelajari situs bersejarah dari perkembangan aama Islam di tanah Jawa.

Pintu Bledek

Bagian lain yang sangat tinggi nilai filosofinya dari masjid Demak adalah pintunya yang dinamakan pintu bledek.

Arti dari bledek itu sendiri yakni petir dalam tatanan bahasa Indonesia.

Jadi pintu bledek adalah pintu petir.

Pembuatnya, Ki Ageng Selo bahkan menjadikan pintu ini sebagai pintu utama masjid Demak yang dibuat pada tahun 1466 Masehi.

Dinamakan bledek karena menurut beberapa hikayat, Ki Ageng Selo membuat pintu ini dari sambaran petir yang menyala-nyala.

Di masa sekarang pintu bledek yang dimaksud tidak lagi bisa ditemukan sebagai pintu utama masjid Demak.

Hal itu karena pemeritah setempat menyimpannya setelah mulai lapuk.

Tentunya pintu ini menjadi daftar peninggalan penting Kerajaan Demak yang disimpan di dalam masjid Agung Demak yang mengagumkan.

Soko Tatal dan Soko Guru

Tiang penyangga masjid Agung Demak yang disebut Soko Tatal atau Soko Guru ini mempunyai nilai sejarah yang sangat tinggi.

Hal tersebut dikarenakan pembuatnya adalah Sunan Kalijaga yang berjuang menyebarkan Islam dengan damai.

Soko Tatal dan Soko Guru terbuat dari material kayu yang berdiameter 1 meter dengan jumlah 4 buah.

Sunan Kalijaga diberi mandat untuk membuatnya seorang diri.

Namun ia baru bisa menyelesikan 3 tiang ketika masjid sudah siap berdiri.

Sunan Kalijaga dengan sangat terpaksa kemudian menyambungkan semua Tatal atau potongan-potongan kayu sisa pembuatan tiga Soko Guru dengan kekuatan spiritual dan mengubahnya menjadi Soko Tatal alias Soko Guru yang terbuat dari Soko Tatal.

Beduk dan Kentongan Masjid Demak

Tak terlupa juga terdapat kentongan lengkap dengan beduknya di dalam masjid Demak yang menjadi bukti keberadaan kerajaan.

Keduanya difungsikan pada masa itu untuk menyalakan panggilan ibadah sholah kepada masyarakat sekitarnya sebelum dikumandangkannya adzan.

Bentuk kentong seperti tapal kuda bermakna filosofis bahwasanya ketika kentongan tersebut dipukul, masyarakat di sekitarya seharusnyalah berbondong-bondong datang secepat kuda untuk menunaikan ibadah sholat di masjid Demak..

Situs Kolam Wudlu

Bermula dari dijadikannya situs ini sebagai tempat para santri dan musyafir yang singgah di masjid untuk berwudhu’ dan melaksanakan sholat, kemudian tekenallah bagian ini sebagai situs yang bersejarah.

Waktu pembuatannya bersamaan dengan berdirinya bangunan masjid Demak.

Saat ini situs kolam wudhu tidak boleh lagi digunakan oleh siapapun untuk berwudu’.

Kita hanya bisa melihatnya sebagai tempat yang memiliki nilai sejarah di masa kerajaan Demak.

Maksurah-Maksurah

Yang dimaksud maksurah yaitu tulisan kaligrafi arab yang menjadi pemanis bangunan masjid Demak dengan bentuk ukiran di dinding.

Ukiran-ukiran ini dibuat ketika Arya Penangsang menjadi Adipati Demak yakni sekitar tahun 1866 M.

Isi dari tulisan-tulisan kaligrafi tersebut mengandung arti tentang ke-Esaan Allah SWT.

Dampar Kencana

Namanya terdengar unik, Dampar Kencana ternyata merupakan mimbar para khotib di masjid Agung Demak.

Mulanya benda tersebut adalah singgasana para sultan Demak.

Tapi sekarang mimbar ini tidak lagi dipakai agar terhindar dari keruskan sehingga di simpan di museum masjid agar tidak punah dan bisa dinikmati sebagai benda bersejarah.

Piring Campa

Benda bersejarah yang satu ini bisa Anda temukan di dalam masjid Agung Demak yang dijadikan sebagai hiasan, sebagian juga ada di tempat imam untuk mempercantik ruangan masjid.

Piring Campa merupakan piring porselin berjumlah 65 buah yang dimiliki Raden Patah sebagai pemberian dari Ibundanya.

Makam Sunan Kalijaga

Makam sunan kalijaga
sumber visitjawatengah.jatengprov.go.id

Selaku salah satu tokoh dari Sembilan wali songo yang menyebarkan agama Islam di era kerajaan Demak, Sunan Kalijaga banyak dikagumi masyarakat.

Bahkan di zaman sekarang masyarakat banyak yang mencintainya meskipunya hanya mengetahui dari cerita-cerita sejarah masa lampau.

Oleh sebab itu makam Sunan Kalijaga menjadi situs penting yang didatangi umat muslim untuk berziarah.

Wisatawan dari berbgai wilayah Indonesia tak terhitung jumlahnya terus berdatangan untuk berdoa dan bersholawat.

Hasil Peradaban Kerajaan Demak

Indonesia terbentuk dari beberapa pulau yang di dalamnya terdapat beragam jenis suku, bahasa daerah, adat-istiadat, tradisi kemasyarakatan dan kebudayaan yang disetiap masing-masing daerah.

Karena itulah Indonesia lebih terkenal akan kekayaan budayanya.

Dan sebagai masyarakat yang baik, sepatutnyalah setiap diri melindungi, mengabadikan, dan meneruskan kebudayaan yang sudah ada atau yang akan terbentuk selanjutnya.

Islam telah tersebar di Indonesia hingga pelosok-pelosok nusantara.

Islam melebur diantara banyak kebudayaan yang ada disetiap daerah.

Hingga menghasilkan banyak peradaban baru yang sebenarnya diambil dari unsur-unsur budaya lama dan di konversi mengikuti aturan-aturan Islam.

Kerajaan Demak yang memiliki peran penting dalam penyesuaian tersebut, mengingat masjid Demak di Jawa Tengah sebagai induk dalam pelaksanaan peribadatan kerajaan Islam pertama yang ada di Jawa.

Adapun peradaban-peradaban baru yang dianggap lahir dari tangan para wali pada era kerajaan Demak diantaranya ialah tembang, gamelan, wayang orang, wayang topeng, dan pembuatan keris.

Kesenian dari peradaban baru tersebut sebelumnya menjadi kegemaran masyarakat pra Islam, sehingga sangat cocok jika kesenian tersebut di sesuikan dengan unsur Islam khususnya dalam hal ibadat sebagai penarik minat masyarakat setempat.

Tidak hanya memudahkan dalam pelaksanaanya, tapi juga memberi kesan tidak menggurui atau memaksa masyarakat untuk melakukannya.

Seperti halnya upacara-upacara non Islam tetap dilaksanakan namun didalamnya di ganti dengan unsur-unsur keislaman, seperti cerita dalam seni wayang dan gamelan diganti dengan ajaran-ajaran Islam.

Pun juga kamenyan dan mantra-mantra zaman dulu di ganti dengan doa-doa keislaman.

Berikut diantara peradaban Islam yang dikonversi dari kebudayaan pra Islam pada zaman kerajaan Demak sampai sekarang:

1. Masjid Demak

Dilihat dari arsitekturnya, bangunan masjid Demak memilki unsur-unsur kebudayaan Hindu-Jawa yang kemudian dimodifikasi mengikuti nuasa keislaman.

Dengan bentuk atap yang terbuat dari kayu jati bersusun tiga, hal itu menegaskan ikatan antara iman, islam dan ihsan.

Sedangkan lima buah pintu bangunan utama masjid mewakilkan lima rukun Islam yang ada.

Adapun enam buah jendela di setiap sisi bangunan menggambarkan enam rukun iman.

2. Ziarah ke makam Para Wali atau Ulama

Dalam tradisi masyarakat zaman dahulu terdapat upacara penghormatan untuk para leluhur.

Tidak hanya sekedar untuk mengingat kematian, tapi terkadang tradisi tersebut bertujuan memohon harapan dan doa-doa tertentu dari arwah leluhur mereka.

Maka sampai sekarang tradisi tersebut tetap dilakukan namun isi di dalamnya di ganti dengan tradisi keislaman, seperti pembacaan tahlil dan doa-doa.

3. Slametan atau Tahlilan

Adalah tradisi yang berkaitan dengan hari-hari setelah kematian seseorang.

Tradisi tersebut untuk mengiringi arwah agar selamat sampai tujuan terakhir.

Atau juga bertujuan memperingati hari kematian seseorang dimulai 7 hari dari kematian, hari ke 40, hari ke 100, hari ke 1000 dan seterusnya.

Sampai sekarang tradisi tersebut tetap berjalan namun di dalam pelaksanaannya berisi pembacaan tahlil, ayat-ayat Al Quran dan doa-doa untuk orang yang sudah meninggal.

4. Grebeg besar dan besaran

Sebuah riwayat mengatakan bahwa pernah sekali Sunan Kalijaga mendapat wasiat antarkusuma.

Dalam wasiat tersebut beliau menerima sebuah bungkusan berisi pakaian hadiah dari Rosulullah Muhammad.

Bungkusan tersebut jatuh dari langit ketika para wali sedang bermusyawarah di dalam masjid.

Maka sebelum wafatnya, beliau meminta untuk diadakannya upacara setiap bulan besar atau 10 Dzulhijjah untuk memperingati pencucian pakaian tersebut.

Maka setiap tahun dibulan itu orang-orang berbondong-bondong untuk menyaksikan upacara tersebut yang kini lebih dikenal dengan sebutan Grebeg Besar atau orang Demak menyebutnya Besaran.

Adapun beberapa hasil peradaban dari zaman Kerajaan Demak yang sampai sekarang tetap berjalan, ialah:

  1. Salokantara, nama sebuah himpunan undang-undang peraturan yang berisi tentang peraturan di bidang pelaksanaan hukum.Himpunan tersebut menerangkan bahwa seorang mantan hakim yang menjadi pemimpin keagamaan disebut Dharmahyaksa dan Kertopapatti.Himpunan undang-undang tersebut disusun pada zaman Kerajaan Demak oleh Raden Patah.
  2. Penyebutan gelar ‘penghulu’ bagi orang menjadi kepala atau pemimpin.Pada zaman Kerajaan Demak gelar tersebut sudah dipakai masyarakat setempat.Pun juga gelar Sunan Kalijaga. Nama asli sunan Kalijaga adalah Raden Said.Gelar sunan Kalijaga bermakna, kata kali berasal dari bahasa Arab yaitu Qadli.Namun ada juga yang menyebutkan bahwa gelar itu berkaian dengan nama sungai kecil yang ada di Cirebon.Dan setelah melihat sekarang kata Qadli juga dipakai oleh imam-imam masjid.
  3. Banyaknya bangunan-bangunan mileter yang didirikan di Demak dan sekitarnya pada abad ke-16.
  4. Di Bandar-bandar pantai utara dan pantai timur Jawa, Sastra jawa yang sebelumnya tidak islami berkembang menjadi Sastra Jawa yang Islami.

Pada masa kekuasaan Kerajaan Demak banyak Peradaban dan kebudayaan Islam yang berkembang.

Baca juga: Urutan Kerajaan Tertua di Indonesia

Warisan sejarah dan tradisi pada masa kekuasaan Demak diantaranya berupa masjid, makam, batu nisan, kitab suci Al Quran, kaligrafi dan karya sastra.

Demak kini semakin terkenal dengan sebutan ‘Kota Wali’ karena menjadi sentral Pendidikan Agama Islam.

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *