Kerajaan Majapahit: Sejarah, Letak, Kejayaan, Silsilah, Sistem pemerintahan, Keruntuhan, Kehidupan dan Peninggalan

peninggalan kerajaan majapahit
5/5 - (1 vote)

Balaibahasajateng, Kerajaan Majapahit: Sejarah, Letak, Kejayaan, Silsilah, Sistem pemerintahan, Keruntuhan, Kehidupan dan Peninggalan – Kerajaan Majapahit akan selalu diingat dan dicari tahu sejarah yang ditinggalkan serta segala hal yang berkaitan dengannya.

Hal itu karena kerajaan ini memiliki porsi cukup banyak dalam pembentukan Negara Republik Indonesia.

Majapahit adalah kerajaan terbesar dalam Negara kita yang berkuasa di Nusantara.

Ia juga merupakan kerajaan yang menganut Hindu-Buddha terakhir dan berhasil menguasai Jawa, Sumatra, Semenanjung Malaya, Kalimantan, hingga Indonesia timur; Sumatra, Kalimantan, Sulawesi, Maluku, Sumbawa, Lombok dan Timor.

Data tersebut berdasarkan Negarakertagama di mana wilayah kekuasaan yang luas tersebut sebenarya juga masih diperdebatkan.

Table of Contents

  1. Berdirinya Kerajaan Majapahit
  2. Letak Kerajaan Majapahit
    1. Perebutan Kekuasaan (Usurpasi)
    2. Masa Pemberontakan
  3. Kejayaan dan Kekuatan Kerajaan Majapahit
  4. Sistem Masa Pemerintahan Kerajaan Majapahit
  5. Silsilah Kerajaan Majapahit
  6. Kehidupan Politik, Ekonomi, dan Budaya Kerajaan Majapahit
    1. Kehidupan Politik
    2. Kehidupan Ekonomi
    3. Kehidupan Budaya
  7. Runtuhnya Kerajaan Majapahit
  8. Hubungan Kerajaan Majapahit dengan Kekaisaran China
  9. Islamisasi Penduduk Majapahit
  10. Peninggalan Kerajaan Majapahit
    1. Candi
    2. Arca
    3. Prasasti
    4. Gapura
    5. Kesenian Reog Ponorogo

Berdirinya Kerajaan Majapahit

Tanggal pasti dari diresmikannya kerajaan Majapahit diambil dari hari di mana raja Raden Wijaya dinobatkan sebagai pemimpin kerajaan tersebut.

Peristiwa penting itu terjadi pada tanggal 15 bulan Kartika tahun 1215 Saka, tepatnya 10 November 1293 Masehi.

Sudah 7 abad lamanya dari berdirinya kerajaan Majapahit, dan selama itu pula sejarah tentangnya masih penting dipelajari.

Berakhirnya kerajaan Sighasari menjadi cikal bakal lahirnya kerajaan Majapahit.

Sebelum resmi didirikan, kerajaan tersebut masih berupa hutan belantara.

Raden Wijaya yang akhirnya menjadi raja pertamanya, membabat alas di Trik; suatu kawasan yang terletak di selatan Surabaya.

Ketika memerintahkan para prajuritnya membuka hutan tandus tersebut, terdapat banyak sekali buah maja. Salah satu dari mereka mencoba mencicipinya, dan ternyata rasa buah maja sangatlah pahit.

Sebab itulah tercetus nama Majapahit sebagai sebutan kerajaan baru yang didirikan Wijaya.

Sedangkan proses berdirinya Majapahit bermula ketika kerajaan Singhasari berada di bawah kendali Jayakatwang yang merebut takhta raja Kertanegara.

Kala itu menantu Kertanegara yang bernama Raden Wijaya berhasil kabur dan singgah di Madura.

Dalam persembunyiannya itu ia menyusun sebuah taktik untuk melanjutkan takhta Kertanegara yang sempat berjaya.

Berkat bantuan Arya Wiraraja si penguasa tanah Madura, Wijaya berhasil diterima dengan baik oleh jayakatwang.

Berkatnya pula Raden Wijaya mendapat sepetak tanah di wilayah Mojokerto; Surabaya bagian selatan.

Saat itulah Raden Wijaya mulai menjadikan lahan tersebut sebagai pijakan pertama mendirikan Majapahit.

Rencana untuk merebut kembali kekuasaan dijalankan dengan berpura-pura ikut tentara Mongol menyerang Jayakatwang hingga tewas.

Setelah itu Raden Wijaya tidak melewatkan kesempatan sedikitpun dengan menyerang balik tentara Mongol hingga berhasil mengusir mereka dan mendapatkan kembali takhtanya.

Tidak lama setelah peristiwa penyerangan tersebut, Raden Wijaya meresmikan kerajaan Majapahit pada tahun 1293 dan menobatkan diri sebagai raja pertama dengan bergelar Sri Kertarajasa Jayawardhana.

Baca juga: Kerajaan Singasari: Sejarah, Silsilah dan Peninggalan

Letak Kerajaan Majapahit

Kerajaan Majapahit yang berawal dari sebuah alas tandus ini terletak di pulau Jawa.

Lokasi didirikannya adalah di daerah Trowulan, Mojokerto, Jawa Timur.

Tepatnya di lembah sungai Brantas yang berada di arah tenggara Kota Mojokerto bernama Trik.

Daerah ini merupakan wilayah kecil yang berada di persimpangan Kali Mas dan Kali Porong sebagaimana yang dijelaskan dalam Sejarah Negarakartagama oleh Salamet Muljana.

Karena lokasi MAjapahit di sana, itulah mengapa beberapa tempat di daerah Sungai Brantas mengandung unsur maja.

Daerah-daerah tersebut yaitu Majarata, Majawarna, Majaagung, Majasari, Majajejer, dan Majakerta.

Ditemukannya bekas bangunan dan beberapa fosil kayu di kecamatan Tarik, Sidoarjo oleh masyarakat beberapa waktu lalu semakin menguatkan bahwasanya di sanalah cikal bakal Singgasana Kerajaan Hindu-Buddha tersebut.

Perebutan Kekuasaan (Usurpasi)

Sejarah kerajaan Majapahit diawali dengan hacurnya kerajaan Singasari di akhir abad 13 Masehi.

Penguasa terakhir, Jayakatwang yang merebut takhta Kertanegara tidak berlangsung lama setelah menewaskan Kertanegara dalam pemberontakan.

Kertanegara merupakan ayah mertua dari Raden Wijaya, pendiri kerajaan Majapahit dan menjadi raja pertama yang berkuasa.

Berdasarkan beberapa referensi dari China, sebelum pemberontakan yang dilakukan oleh Jayakatwang untuk merebut kekuasaan, terjadi tragedi di mana Kertanegara menyulut kemarahan Kubilai Khan.

Penolakan Kertagara untuk memberikan penghormatan terhadap Dinasti Yuan mengakibatkan amarah Kubilai Khan membuncah.

Terlebih ketika Kertanegara menantang Kubilai Khan dan menganiaya utusan Dinasti Yuan, diutuslah 1000 kapal untuk menyerang Majapahit serta memeberi hukuman kepada Kertanegara.

Lalu perihal alasan yang melatarbelakangi terjadinya pemberontakan yang dilakukan oleh Jayakatwang terhadap Kertanegara adalah terpendamnya dendam yang sudah lama dari leluhur Jayakatwang.

Dalam Paraton dan Kidung Harsawijaya dikisahkan bahwa Jayakatwang marah atas terbunuhnya ayahnya oleh Ken Arok.

Dendam tersebut menjadi sebuah rencana pemberotakan ketika Wironda, putra dari Arya Wiraraja memberikan suratnya yang berisi tentang saran untuk segera melakukan penyerangan.

Dikabarkan waktu itu Singhasari dalam kondisi kosong karena sebagian besar pasukannya pergi ke luar Jawa.

Arya Wiraraja merupakan mantan birokrat yang dianggap menentang politik Kertanegara sehingga menyebabkan Ia dimutasi ke tanah Madura.

Saran dari Arya Wiraraja tersebut ternyata dilakukan oleh Jayakatwang.

Ia mengutus Jaran Guyang untuk memimpin penyerangan dengan pasukan kecil saja.

Mengetahui hal itu, Kertanegara lengah dengan mengirimkan segera pasukan yang dipimpin oleh menantunya, Raden Wijaya.

Pasukan jaran Guyang kalah, namun taktik Jayakatwang berhasil karena pasukan kecil yang dikirimnya hanyalah pancingan saja agar melemahkan pertahanan kota Singhasari.

Kemudian Jayakatwang menyerbu lagi kedua kalinya dengan lebih dahsyat dari arah selatan.

Pasukan tersebut dipimpin Patih Mahisa Mundarang dan berhasil membunuh Kertanegara di dalam istana.

Baca juga: Peninggalan Kerajaan Ternate : Sejarah, Masa Kejayaan, Letak, Silsilah dan penghasilan utama rakyat

Masa Pemberontakan

Pasca tewasnya Jayakatwang di tangan tentara Mongol atas taktik cerdik Raden Wijaya dalam mengambil takhta Sighasari, Wijaya kemudian dinobatkan sebagai Raja pertama Majapahit.

Keberhasilannya mengalahkan Rajakatwang dan mengusir tentara Mongol ternyata tidak memberikan jaminan yang cukup kuat dalam keamanan pemerintahannya.

Terjadi peberontakan-pemberontakan selama ia berkuasa. Pemberontakan yang paling sengit datangnya dari Ranggawale.

Dalam Pararaton diceritakan bahwasanya Ranggawale yang merupakan putra dari Arya Wiraraja mulai berkhianat disebabkan terhasut oleh Mahapati, salah satu pejabat licik di Majapahit.

Ranggawale termakan hasutan karena pengangkatan pejabat kerajaan yang menurutya tidak sesuai.

Ia tidak terima ketika Nambi diangkat mejadi Rakryan Patih karena menurutnya dia tidak pantas dengan posisi tersebut.

Menurut Ranggawale, Lembu Sora atau dirinyalah yang lebih pantas dengan jabatan patih tersebut.

Lembu Sora yang merupakan pamannya sendiri diyakininya berhak atas posisi itu sebab telah banyak berjasa dibandingkan Nambi dalam perjuangan membangun Majapahit.

Ranggawale menentang dengan lantang dan percaya diri.
Sifat pemberaninya mendorong Ranggawale untuk menghadap langsung ke istana menemui Raden Wijaya.

Ia tidak banyak basa-basi dengan maksud kedatangannya ke ibu kota.

Ranggawale menyampaikan tuntutannya yang berisi tentang penggantian jabatan Nambi yang harus diberikan kepada Sora.

Gregetnya adalah tuntutan tersebut justru tidak didukung oleh Lembu Sora.

Ia justru mendukung nambi untuk tetap menjadi patih sesuai perintah Raja.

Penolakan Ranggalawe yang diabaikan memicu keributan.

Mahapati yang awalnya menghasut Ranggalawe, kini beralih pada Nambi.

Hasutannya berisi tentang laporan bahwa Ranggalawe berencana melakukan peyerangan di Tuban.

Tidak menunggu lama, bisikan licik tersebut berhasil mendorong Nambi meminta izin raja membawa pasukan Majapahit untuk menghukum Ranggalawe bersama Lembu Sora dan Kebo Anabrang.

Pertarungan di antara keduanya pun berlangsung di area sungai Tambak Beras.

Pertempuran antara Ranggalawe dan Kebo Anabrang berlangsung sengit di dalam sungai.

Ranggalawe tewas dibunuh secara kejam karena tidak selihai Kebo Anabrang dalam berenang.

Penyiksaan sadis yang menimpanya membuat Lembu Sora berontak.

Tak tahan melihat ponakannya disiksa, Lembu Sora pun membunuh Kebo Anabrang.

Tragedi pembunuhan antar rekan dan pejabat kerajaan ini yang nantinya menjadi pemicu atas tewasnya Lembu Sora di tahun 1300.

Kejayaan dan Kekuatan Kerajaan Majapahit

Keberhasilan yang sangat mencolok dari Majapahit adalah ketika Raja Hayam Wuruk memimpin kerajaan tersebut selama 39 tahun.

Hampir seluruh wilayah Nusantara bisa ditaklukkan di masa pemerintahannya.

Kejayaan tersebut bisa dicapai karena hadirnya dan setianya Mahapatih Gajah Mada dalam membantu Hayam Wuruk meluaskan kekuasaan.

Berkatnya pula Majapahit menjadi kerajaan terkuat dan terbesar kala itu.

Sebagai perdana menteri, Gajah Mada juga berhasil menjadikan Sumatra, jawa, dan Bali ke dalam bagian kerajaan Majapahit.

Ekspansi kekaisaran terus dilakukan kendatipun Mahapatih Gajah Mada akhirnya wafat di tahun 1364.

Bahkan tidak hanya di wilayah Nusantara, mereka juga berekspansi ke luar hingga berhasil menguasai Thailand, Singapura, dan Malaysia.

Kejayaan lainnya terlihat pada posisi strategis atas rute perdagangan rempah-rempah yang dimiliki Majapahit.

Hal demikian yang memicu tumbuhnya kerajaan itu dengan sangat kaya menggunakan pajak dari barang-barang yang dikirim melalui wilayah kekuasaannya.

Sistem Masa Pemerintahan Kerajaan Majapahit

Adapun sistem pemerintahan di Kerajaan Majapahit dari masa ke masa tidak memiliki perbedaan yang signifikan meskipun berganti raja.

Terlebih saat kepemimpinan Hayam Wuruk, sistem yang dijalankan berlangsung teratur dan sesuai dengan tata kelola yang telah disusun.

Sistem pemerintahan tersebut meliputi:

• Setiap raja yang berkuasa telah diyakini bersama oleh masyarakat sebagai titisan para dewa dan memiliki posisi tertinggi dalam kerajaan.

• Jabatan Rakryan Mahamantri Kartini diperuntukkan untuk putra-putra raja.

• Dharmadyaksa merupakan kedudukan pemerintahan di kerajaan yang menanngani bidang hukum.

• Dharmaupattati adalah pejabat bidang keagamaan

• Bhattara Saptaprabhu terdiri dari dewan penasehat kerajaan yang dijabat oleh para anggota keluarga kerajaan.

• Uparaja Paduka Bhattara merupakan pemerintah daerah yang bertugas menarik pajak, mengirimkan upeti, dan bertanggung jawab atas daerahnya masing-masing.

Kemudian berikut ini adalah raja-raja yang pernah memerintah kerajaan Majapahit:

1. Raden Wijaya (1293-1309 M)

Raja pertama sekaligus pendiri kerajaan Majapahit ini memimpin kerajaan dengan mengedepankan konsolidasi.

Memperkuat pemerintahan selalu ia lakuakan guna mencapai kondisi yang stabil di tengah-tengah transisi dari kerajaan sebelumnya (baca: kerajaan Singhasari) menuju pemerintahan yang baru.

Strategi penguatan pemerintahan dilakuka oleh Raden Wijaya dengan beberapa cara.

Tujuan dari Strategi-strategi tersebut tentu untuk pertahanan kerajaan dalam jangka panjang dengan menjadikan Majapahit sebagai pusat pemerintahan.

Kemudian semua pengikut setianya dihadiahi posisi penting dalam kerajaan.

Tidak berhenti di situ, empat putri Kertanegara, raja terakhir kerajaan Singhasari dinikahi oleh Raden Wijaya guna penguatan pemerintahan tersebut.

2. Sri Jayanegara (1309-1328 M)

Setelah wafatnya Raden Wijaya, kerajaan majapahit diteruskan oleh putranya, Jayanegara.

Saat itu ia masih berusia 15 tahun dilantik sebagai raja kedua.

Jayanegara adalah putra Wijaya dari selirnya, bukan putra permaisuri.

Hal tersebut terjadi karena tidak putra yang lahir dari permaisuri.

Di usianya yang masih belia, kerajaan tidak memiliki pertahanan yang kuat.

Pemberontakan demi pemberontakan terus bermunculan di bawah kepemimpinan Jayanegara.

Para pemberontaknya merupakan sekumpulan dari orang-orang istana kepercayaan Raden Wijaya.

Di antara pemberontakan tersebut yakni pemberontakan Ronggolawe, pemberontakan Lembu Sura, Nambi, dan beberapa pemberontakan lainnya.

Jayanegara wafat dikarenakan dibunuh oleh tabibnya, Tanca.

3. Tribhuana Tunggadewi Jayawisnuwardhani (1328-1350 M)

Pemimpin berikutnya adalah seorang wanita bernama Tribuana Tungga Dewi menggantikan kakaknya, Sri Jayanegara.

Tidak adanya putra mahkota yang dimiliki jayanegara lah yang menjadi alasan diangkatnya Tribuana Tungga Dewi sebagai penguasa selanjutnya.

Dalam kepemimpinannya, kerajaan Majapahit mulai mengalami masa kejayaan. Pemberontakan masih terjadi namun bisa ia tumpaskan.

Berkat peran suaminya sebagai Bhre Tumapel dengan gelar Kertawardana, pemberontakan tersebut tidak menjadikan kerajaan goyah.

Terlebih dengan adanya mahapatih Gajahmada, kondisi pemerintahan semakin menguat dan wilayah kekuasaannya kian luas.

Bahkan saat itu Gajahmada mengucapkan sebuah sumpah untuk meluaskan wilayah kekuasaan Majapahit di seluruh penjuru Nusantara yang terkenal dengan sebutan Sumpah Palapa.

4. Hayam Wuruk (1350-1389 M)

Dengan dimulainya masa kejayaan Majapahit di bawah kepemimpinan Tribuana Tungga Dewi, Prabu Haya Wuruk selaku raja selanjutya semakin memperbesar kejayaan.

Majapahit berada di puncak kejayaan saat berada di bawah kepemimpinannya.

Hayam Wuruk melanjutkan sekaligus menyempurnakan tata kelola pemerintahan dengan sangat baik.

Berkat kepiawaiannya dalam memimpin kerajaaan, ia mendapat gelar Rajasanegara.

Perjuangannya tersebut tentu tidak dilakukan sendiri.

Ada beberapa bawahannya yang berkontribusi dengan kemampuan yang mereka miliki.

Mereka adalah Mahapatih Gajahmada, Adityawarman, dan Mpu Nala.

Baca juga: Kerajaan Kalingga mulai dari letak, sejarah, peninggalan, masa kejayaan, masa keruntuhan, dan silsilah raja

Silsilah Kerajaan Majapahit

Nama RajaGelarTahun
Raden WijayaKertarajasa Jayawardhana1293 – 1309
Kalagamet SriJayanagara1309 – 1328
Sri GitarjaTribhuwana Wijayatunggadewi1328 – 1350
Hayam WurukSri Rajasanagara1350 – 1389
Wikramawardhana1389 – 1429
Suhita Dyah AyuKencana Wungu1429 – 1447
KertawijayaBrawijaya I1447 – 1451
RajasawardhanaBrawijaya II1451 – 1453
Purwawisesaatau Girishawardhana1456 – 1466
Bhre Pandansalasatau Suraprabhawa1466 – 1468
Bhre KertabumiBrawijaya V1468 – 1478
GirindrawardhanaBrawijaya VI1478 – 1498
Patih Udara1498 – 1518

Peran raja memimpin dan melindungi kerajaan tentu tidak dilakukan sendiri.

Terdapat banyak bawahannya untuk memaksimalkan peran pemerintahan.

Raja Majapahit, utamanya pada masa raja Hayam Wuruk, dibentuk pembagian wilayah secara teratur, yaitu:

Kerajaan yang dipimpin seorang raja disebut Bhumi.

Wilayah di bawah kerajaan disebut Negara yang setingkat dengan provinsi dengan pemimpin Bhre.

Wilayah setingkat kabupaten yaitu Watek yang dipimpin oleh Wiyasa.

Kuwu, dipimpin oleh lurah yang wilayahnya setingkat dengan kelurahan.

Wanua, tingkatannya sama dengan desa yang dipimpin oleh Thani.

Kabuyutan, wilayah setingkat dusun dan tempat-tempat sacral.

Kehidupan Politik, Ekonomi, dan Budaya Kerajaan Majapahit

Kehidupan Politik

Terdapat banyak sekali pemberontakan dalam kerajaan Majapahit selama berlangsungnya pemerintahan.

Mulai dari awal berdirinya, saat masa kejayaan hingga akhirnya runtuh.

Saat Raden Wijaya memerintah di awal-awal berlangsungnya kerajaan Majappahit, pemberontakan sering muncul dari orang-orang terdekatnya.

Saat itu yang melakukan penyerangan adalah Ranggalawe, Sora, dan Nambi untuk menggoyahkan Raden Wijaya.

Berkat kecerdasan dan kecerdikan Raden Wijaya, pemberontakan dan berbagai penyerangan tersebut bisa dihadapi.

Penyerangan masih terus berlangsung hingga wafatnya Raden Wijaya tahun 1309 M.

Kedudukan raja digantikan oleh puteranya yang masih berusia 15 tahun, yakni Jayanegara.

Pada masanya lah penyerangan semakin menjadi-jadi dikarenaka ketidakperkasaannya yang mempberi peluang kepada para pengkhianat.

Kehidupan Ekonomi

Sebagian besar dari rakyat Majapahit pada masa itu berprofesi sebagai pedagang.

Hal tersebut didukung denngan letak kerajaan yang sangat strategis dalam sector ekonomi sehingga dapat membantu mereka melariskan dagangan dengan mudah.

Terdapat dua faktor yang mempengaruhi terhadap makmurnya sector perekonomian Majapahit.

Faktor pertama berasal dari letak sungai Brantas dan sungai Bengawan Solo yang berada di dataran rendah.

Hal tersebut cocok untuk bertani.

Terlebih didukung juga dengan dibangunnya infrastruktur pertanian seperti irigasi.

Faktor yang kedua adalah terdapatnya pelabuhan  di kawasan pantai utara pulau Jawa.

Pelabuhan itu mendatangkan banyak keuntungan dalam perdagangan rempah-rempah dari Maluku sebab sistem pungut pajak bagi setiap kapal yang singgah di Majapahit.

Kehidupan Budaya

Diselenggarakannya beraneka ragam perayaan keagamaan setiap tahun di kerajaan Majapahit menunjukkan betapa kebudayaan pada masa itu sangat lah maju.

Peran seni dan sastra juga sangat turut andil dalam kehidupan sehari-hari mereka.

Menariknya kesenian-kesenian yang dipertunjukkan juga menjadi perantara para senian mewakili rakyat untuk mengkritik pemerintahan, utamanaya raja.

Kerajaan Majapahit kaya akan kebudayaan serta kesutraannya kala itu juga berkembang pesat.

Runtuhnya Kerajaan Majapahit

Setelah mencapai masa keemasan di abad ke-14 Masehi di bawah kepemimpinan Hayam Wuruk, Majapahit berangsur-angsur melemah.

Kekuatannya di bernagai sektor mengalami penurunan. Meninggalnya Mahapatih Gajah Mada membuat goyah kerajaan ini.

Ia banyak berperan penting dalam pecapaian kejayaan Majapahit. Banyak wilayah kekuasaannya yang mulai memberontak dan melepaskan diri.

Terlebih ketika raja Hayam Wuruk wafat, di awal abad 15 Masehi terjadi sebuah perang suksesi yang tak henti-henti dalam kurun waktu empat tahun. Saat itu juga agama Islam semakin menyebar luas di Majapahit.

Banyak sekali kerajaan-kerajaan lain yang mulai memeluk Islam.

Kerajaan Majapahit tidak mampu mempertahankan Negara-negara taklukannya dan bersaing dengan Negara tetangga yang telah memeluk Islam.

Sempat terjadi kekosongan kekuasaan dikarenakan krisis kepemimpinan yang terjadi kala itu. Kerajaan ini akhirnya runtuh di awal abad 16 Masehi, tepatnya tahun 1478.

Kaitannya dengan wilyah yang termasuk dalam cakupan Majapahit terus dipelajari oleh para ahli sejarah.

Setelah beberapa masa, ternyata menurut ahli bahasa Jawa, C.C. Berg menuangkan dalam berbagai tulisannya tentang kekuasaan majapahit.

Ia secara tegas menyatakan bahwa ternyata Majapahit tidak pernah memiliki wilayah sebesar Negara Indonesia saat ini.

Cakupan wilayahnya hanyalah Jawa Timur, Madura, dan Bali. Lalu daerah lain di seluruh Nusantara itu hanyalah rencana skala besar mereka.

Hubungan Kerajaan Majapahit dengan Kekaisaran China

Ikatan bilateral antara kerajaan Majapahit dan Kekaisaran China bisa dikatakan sangat lah intens dan kuat.

Hubungan tersebut bermula saat kekaisaran China dipimpin oleh Kaisar Cheng Zhu era 1403-1424 M.

Wenlianpau dan biksu Ningshan diutus oleh kaisar ke kerajaan Majapahit guna memberikan kain wol, sutra halus serta sutra dengan sulaman emas.

Kemudian kaisar mengutus lagi bawahannya di tahun ke-3 ke Majapahit dengan misi diplomatik, perdagangan, dan perdamaian.

Utusan tersebut adalah Laksamana Cheng Ho.

Pemerintahan terus berlanjut dan kerajaan Majapahit terus berkembang.

Hubungan bilateral dengan China masih terus berlanjut pula.

Ketika Majapahit berada di bawah kepemimpinan Brawijaya ke-V, kerajaan mulai mengalami kegoyahan.

Akan tetapi kerajaan ini tetap disegani kerajaan dan kekaisaran lain di dunia meskipun mulai lemah.

Pesona Majapahit tersebut tetap kuat dibuktikan dengan dikirimnya seorang putri bernama Tan Eng Kian oleh kaisar China untuk dinikahi raja Majapahit.

Selain itu, kaisar China juga mengirimkan koinn uang sebagai hadiah serta sebuah usaha untuk mempererat persaudaraan mereka.

Islamisasi Penduduk Majapahit

Menyebarnya agama islam di majapahit dengan cepat bermula ketika kaisar Champa juga mengirimkan putrinya, Anarawati untuk dinikahi Raja Majapahit setelah Tan Eng Kian.

Motif yang dibawa Anarawati tidaklah main-main, yakni misi islamisasi Majapahit.

Misi tersebut ia awali dengan mengusir Tan Eng Kian dari kerajaan untuk melancarkan rencana besarnya.

Anarawati cukup lihai mengelabuhi raja Brawijaya ke-V hinga berhasil membujuknya untuk mendirikan padepokan pengajaran Islam di Surabaya.

Guru yang mengajar di padepokan tersebut didatangkannya dari Champa yang mana merupakan saudara Anarawati sendiri.

Dari sebuah padepokan tersebut, secara perlahan ajaran Islam mulai meluas ke berbagai aspek masyarakat Majapahit.

Muncul pula para pemuka agama Islam yang kemudian disebut dengan Wali Songo yang menyebarkan Islam dengan berbagai taktik.

Kehebatan Anarawati dalam mempengaruhi Brawijaya ke-V ternyata memudahkan penyebaran Islam di kerajaan dan berkembanga ke seantero Nusantara.

Baca juga: Kerajaan Demak

Peninggalan Kerajaan Majapahit

Sejak berdirinya Majapahit kemudian mencapai masa kejayaan hingga mengalami kemunduran dan akhirnya punah, banyak sekali peninggalan yang bersejarah.

Dari peninggalan-peninggalan itu, kita bias mempelajari cerita di masa lalu.

Peninggalan tersebut diantaranya berupa hal-hal berikut ini:

Candi

1. Candi Tikus

Candi ini diberi nama candi tikus karena sarang-sarang tikus banyak sekali ditemukan di sekitarnya.

Lokasinya berada di Dukuh Mente, Desa Bejijong, Kecamatan Trowulan Mojokerto Jawa Timur.

Daerah tersebut merupakan situs arkeologi Trowulan yang menyimpan banyak situs-situs bersejarah.

2. Candi Brahu

Mpu Sendok membangun candi Brahu ini di kawasan yang sama dengan candi tikus, yakni di area situs arkeologi Trowulan.

Dibuatnya candi ini diperuntukkan sebagai tempat dibakarnya jenazah para mendiang raja Majapahit.

3. Candi Jabung

Berbeda dengan candi tikus dan candi brahu, candi Jabung letaknya di Desa Jabung, kecamatan Paiton, Probolinggo, Jawa Timur.

Materialnya yang hanya terdiri dari susunan bata merah tidak membuatnya cepat rusak bahkan runtuh.

Candi tersebut sagat kokoh sehingga bertahan lumayan lama.

Arca

1. Arca Reco Lanang

Andesip adalah bahan utama yang digunakan oleh masyarakat saat itu untuk membuat arca ini.

Dengan berukuran 5,7 meter, arca Reco Lanang terkenal sebagai sebuah bentuk pemberian hormat dari Aksobnya selaku salah satu tokok Buddha.

Penghormatan tersebut dilakukkannya karena Aksobnya arah mata angina sebelah timur bisa ia kuasai.

2. Arca Bidadari Majapahit

Arca Bidadari Majapahit menggambarkan secara sempurna zaman keemasan Nusantara di masa kerajaan berlangsung.

Materialnya terbuat dari emas yang dicetak oleh emasapsara (bidadari surgawi).

3. Arca Harihara

Saat ini Arca Harihara telah berada di Museum Nasional Republik Indonesia setelah dipindahkan dari tempat asalnya, yakni di Candi Simoing, Blitar.

Guna menggambarkan tentang Raja Kertarajasa, arca ini terdiri dari gabungan Siwa dan Wisnu.

Prasasti

1. Prasasti Kudadu

Dari parasasti ini kita bisa mengetahui kisah dari kehidupan raja pertama kerajaan Majapahit, Raden Wijaya sebelum ia dinobatkan.

Alkisah terdapat peristiwa yang menarik saat ia berada dalam kejaran balatentara Jayakatwang.

Raden Wijaya bisa lolos dari mereka berkat pertolongan Rama kudadu.

2. Prasasti Sukamerta

Dari keempat putri Kertanegara yang diangkat menjadi putri Raden Wijaya dikisahkan dalam prasasti Sukamerta ini.

Peristiwa tersebut merupakan peristiwa penting dalam pemerintahannya.

3. Prasasti Waringin Pitu

Diketahuinya sistem birokrasi kerajaan Majapahit serta bagaimana bentuk dari pemerintahannya salah satunya berasal dari peninggalan prasasti Waringin Pitu.

Dijelaskan pula mengenai kerajaan-kerajaan yang berada di bawah kekuasaan Majapahit berjumlahkan 14 kerajaan di mana pimpinannya disebut Bhre.

4. Prasasti Canggu

Dalam prasasti ini digambarkan mengenai manajemen masuknya sumber air asin yang kemudian dibentuk sebagai sumber produksi garam.

Selain itu prasasti Canggu membuktikan perihal lokasi penyeberangan di Bengawan Solo.

Gapura

1. Gapura Bajang Ratu

Terletak di Desa Temon Kecamatan Trowulan, Mojokerto, Gapura Bajang Ratu adalah pintu masuk yang berfungsi sebagai perantara menuju tempat suci.

Biasanya pada masa itu guna memperingati wafatnya Raja Jayanegara.

Candi ini dibangun pada abad 14 M yang memberikan jejak sejarah hingga kini.

2. Gapura Wringin Lawang

Fungsi utama dari Gapura ini masih menimbulkan beberapa spekulasi meskipun mayoritas ahli sejarah berpendapat bahwa Wringin Lawang adalah gerbang masuk untuk sampai ke area-area penting di ibu kota Majapahit.

Adapun salah satu spekulasi yang paling terkenal mengenai gapura ini yaitu adanya dugaan bahwa gapura Wringin Lawang sebagai pintu masuk menuju kediaman Gajah Mada.

Bentuknya unik karena mengandung arsitektur bergaya gerbang terbelah.

Bahannya terdiri dari bata merah berluas dasar 13×11 meter dengan ketinggian 15,5 meter.

Saat ini model-model semacam gapura ini banyak bermunculan di arsitektur Bali.

Kesenian Reog Ponorogo

reog ponorogo

Sedikit tidaknya Anda pasti pernah mendengar adanya kesenian tari bernama Reog Ponorogo.

Jenis pertunjukan ini ditampilkan dengan kostum penarinya yang menggunakan topeng berkepala macan disertai bulu merak yang menghiasinya.

Reog Ponorogo pertama kali dipertontonkan saat ada sebuah acara kerajaan dan dipersembahkan di hadappan Brawijaya ke-V.

Saat itu raja mendapat banyak sindiran dari ppara seniman melalui berbagai pertunjukan yang memukau.

Tarian Reog Ponorogo juga memiliki unsur sindiran dan kritikan terhadap raja.

Tariannya tersebut menarik perhatian raja hingga membuatnya penasaran akan arti dari pertunjukan tersebut.

Setelah keingintahuan raja yang tak terbendung akhirnya Wengker, seniman asal Ponorogo yang menciptakan tarian tersebut memberikan penjelasan.

Topeng macan yang digunakan penari menggambarkan sosok raja yang perkasa dan seram, sedangkan bulu-bulu merak di sekitarnya adalah penggambaran dari istri raja yang dicintainya.

Keperkasaan dan kekuatan macann tersebut mejadi tak berguna setelah dikelilingi keindahan merak yang hinggap di kepalanya.

Penggambaran tersebut sangat jelas merujuk kepada raja Brawijaya ke-V yang tidak berkutik di hadapan istri barunya.

Tidak jarang ia mengabaikan masukan dari para penasehat kerajaan demi menuruti kemauan istrinya itu.

Mendengar penjelasan dari Wengker, raja menjadi marah kemudian memerintahkan pasukannya untuk menyerah wilayah tempat seniman Ponorogo tersebut tinggal.

Saat ini tarian Reog Ponorogo masih tetap dilestarikan dan menjadi tarian budaya Ponorogo.

Baca juga: 12 Kerajaan Hindu Budha di Indonesia, Ini Urutannya

Itulah sejarah lengkap Kerajaan Majapahit yang memberikan warna tersendiri dalam pembentukan Negara Indonesia sebelum menjadi sebuah republik dari bhinneka tunggal ika yang ada di dalamnya.

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *