Vitalitas Etnolinguistik Adalah

etnolinguistik adalah
Etnolinguistik adalah / @Images by: aplikasi-indonesia.com
Berikan Bintang

Balaibahasajateng.web.id, vitalitas etnolinguistik – Pada kesempatan kali ini sobat bisa mengetahui apa arti vitalitas etnolinguistik dan berbagai hal yang menjadi faktor bahasa tetap bisa bersaing.

Nah apa saja sih yang menjadi dasar tanggung jawab vitalitas etnolinguistik bagi bahasa, yuk kita bahas disini.

Pengertian Vitalitas Etnolinguistik

Giles, Bourbies, dan Taylor (Coulmas, 2005: 159) mendefinisikan vitalitas etnolinguistik sebagai faktor-faktor sosiokultural yang menentukan kemampuan sebuah kemunitas untuk menampilkan dirinya sebagai komunitas yang berbeda. Faktor-faktor tersebut utamanya adalah faktor demografis, dukungan instituisional, dan status sosial. Faktor demografis mengacu pada ukuran absolut komunitas bahasa dan kekuatannya dalam segi berapa jumlah populasi penutur bahasa dan penyebaran: apakah penutur bahasa tersebut terkonsentrasi atau tersebar luas ke berbagai wilayah. Dukungan institusional berkaitan dangan keberadaan bahasa suatu komunitas tutur dalam institusi sosial, misalnya dalam institusi pendidikan, pemerintahan, media dan agama. Terakhir faktor status sosial mengacu kepada posisi komunitas tutur tersebut dalam hierarki prestise sosial.

Dalam hal penyebaran dan pergeseran bahasa, vitalitas etnolinguistik ikut bertangggung jawab terhadap kedua fenomena bahasa tadi. Bahasa-bahasa minoritas yang memiliki vitalitas etnolinguistik rendah cenderung akan digeser oleh bahasa-bahasa dengan vitalitas etnolinguistik yang kuat karena penutur dengan vitalitas etnolinguistik yang rendah akan cenderung meningkatkan pilihan bahasanya pada bahasa lebih dominan (Coulmas, 2005: 161). Demikian pula bahasa-bahasa dengan vitalitas etnolinguistik yang kuat cenderung mendesak dan menggeser bahasa-bahasa dengan kekuatan minor.

Dalam konteks kebahasaan di Indonesia, vitalitas etnolinguistik bahasa-bahasa daerah di Indonesia rata-rata lebih lemah dibandingkan bahasa Indonesia karena bahasa Indonesia ditopang oleh dukungan institusional pemerintah dan prestise sosialnya. Oleh sebab itu, tidak mengherankan jika kita sekarang melihat fenomena pergeseran pilihan bahasa dari bahasa daerah ke bahasa Indonesia.

baca juga : Apa itu Wacana?

Konsep utility (kedayagunaan) biasanya digunakan oleh para linguis untuk menganalisis pergeseran bahasa dan proses makro sosiolinguistik lainnya. Menurut konsep ini, bahasa dipandang sebagai alat atau instrumen yang bermanfaat untuk melakukan sesuatu atau untuk mencapai suatu tujuan. Walaupun setiap bahasa diasumsikan memiliki utility value yang beragam, tetapi utility value bahasa dalam situasi kontak bahasa merupakan prediktor valid untuk mengukur pergeseran dan pemeliharaan bahasa.

Para linguis berpendapat bahwa biasanya pergeseran bahasa selalu menuju ke arah bahasa-bahasa yang memiliki kedayagunaan lebih tinggi daripada kedayagunaan yang rendah. Oleh karena bahasa dianggap sebagai barang dagangan, terciptalah pasar bahasa. Pasar bahasa berperan seperti halnya pasar-pasar lainnya. Pasar bahasa asing yang berfungsi sebagai barang dagangan bertukar nilai bergantung persediaan dan kebutuhan yang merefleksikan utility value. Bahasa yang tidak dibutuhkan di pasar tidak akan dipasarkan. Oleh sebab itu, bahasa-bahasa seperti ini akan tersingkir oleh bahasa-bahasa yang dipasarkan.

Faktor bahasa tetap bersaing di Pasar Internasional

Adapun faktor-faktor yang mendukung suatu bahasa agar tetap memiliki kedayagunaan dan mampu bersaing di pasar, yaitu (1) ruang komunikatif bahasa, (2) investasi untuk mengembangkan bahasa, (3) permintaan bahasa di tengah pasar bahasa internasional, dan (4) prestise bahasa di mata penuturnya.

a. Ruang komunikatif bahasa: apakah suatu bahasa digunakan oleh penuturnya sebagai bahasa pertama, bahasa kedua, atau bahasa asing. Jika suatu bahasa memiliki ruang komunikatif yang luas maka ada kemungkinan bahasa tersebut menjadi bahasa yang memiliki kedayagunaan yang tinggi.

b. Investasi untuk mengembangkan bahasa: misalnya pembuatan kamus, penerjemahan, perangkat elektronik bahasa, dan rekaman leksikal adalah faktor yang dapat mendorong suatu bahasa lebih mudah diakses oleh banyak orang sehingga dapat meningkatkan pretise bahasa tersebut di tengah-tengah pasar bahasa.

c. Permintaan bahasa di tengah pasar bahasa internasional: permintaan yang tinggi terhadap suatu bahasa adalah tanda bahwa bahasa tersebut memiliki kedayagunaan yang sangat tinggi. Sebaliknya pula kedayagunaan bahasa yang tinggi suatu bahasa akan mendorong pirmintaan terhadap suatu bahasa. Misalnya kedayagunaan bahasa Inggris yang sekarang ini sangat tinggi, karena digunakan di berbagai ranah kehidupan dan telah menjadi jembatan komunikasi antar bangsa, telah membuat permintaan terhadap bahasa ini sangat tinggi (Coulmas, 2005: 166).

d. Prestise bahasa di mata penuturnya: prestise sosial terkait dengan fungsi bahasa tersebut dalam ranah kehidupan, misalnya apakah bahasa tersebut menjadi bahasa ilmu pengetahuan dan teknologi atau bahasa tersebut hanya digunakan dalam komunikasi keluarga. Bahasa-bahasa yang dipersepsi inferior oleh penuturnya cenderung akan ditinggalkan, sedangkan bahasa-bahasa yang dipersepsi memiliki prestise tinggi akan menjadi pilihan baru.

Baca juga : Contoh Kalimat Ambigu

Penutup

Nah itulah sedikit pembahasan tentang vitalitas etnolinguistik. Semoga bisa menambah pengetahuan dan wawasan sobat semua. Jika ada kritik dan saran bisa disampaikan lewat kolom komentar dibawah ini.

Terima kasih

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *