Tari Payung: Sejarah, Asal, Makna, Filosofi, Properti, Gerakan dan busana

tari payung berasal dari
Pertunjukan Tari Payung/ IMG: www.riau.go.id
5/5 - (2 votes)

Balaibahasajateng.web.id, Tari Payung: Sejarah, Asal, Makna, Filosofi, Properti, Gerakan dan busana – Tari Payung adalah tarian tradisional yang berasal dari daerah Minangkabau, provinsi Sumatera Barat. Tarian ini termasuk tarian tradisional yang mengandung makna dan filosofi cukup bagus yang menggunakan properti utama dan menjadi ciri khasnya berupa payung.

Biasanya tarian ini akan dipentaskan dengan jumlah penari sekitar 3 hingga 4 orang dengan cara berpasangan (pria dan wanita). Tarian ini menggambarkan pergaulan anak muda mudi, sedangkan payung yang menjadi properti utama menggambarkan pelindung muda-mudi tersebut dari hal yang tidak baik.

Pada saat sekarang ini, tari payung sering diselenggarakan ketika ada acara kebudayaan, pesta, pameran, dan kegiatan lainnya. Penasaran bukan tentang informasi seputar tarian satu ini?

Baca juga: Tari Piring berasal dari

Nah, pada kesempatan ini, saya akan membagikan sedikit informasi seputar tarian tradisional ini untuk sobat semua mulai dari sejarah, makna, filosofi, properti, gerakan dan busana. Oke langsung saja kita masuk ke pembahasan utama kita.

Table of Contents

  1. Sejarah Tari Payung
  2. Makna Tari Payung
  3. Filosofi Tari Payung
  4. Properti Tari Payung
  5. Gerakan Tari Payung
  6. Pengiring Tari Payung
  7. Setting Panggung Tari Payung
  8. Busana Tari Payung
  9. Penutup

Sejarah Tari Payung

Seperti yang telah saya sebutkan diatas bahwa tari payung merupakan tarian tradisional yang berasal dari daerah Minangkabau, Sumatera Barat. Kesenian tari ini pernah berada di puncak kejayaannya di tahun 1960. Pada saat itu, tarian ini berkembang sangat pesat hingga disetiap sudut masyarakat Sumatera mengenalnya.

Menurut catatan sejarah yang ada, tarian ini pada awalnya dibawa oleh para bangsawan Melayu pada masa kolonial. Dimana tarian ini dikenal masyarakat bersama dengan Toonel, sejenis pertunjukan komedi Melayu di Sumatera Barat pada masa kolonial.

Pada pertunjukan tersebut, di dalamnya ada tarian payung yang dijadikan sebagai selingan per babaknya. Nah, mulai saat itulah kesenian tarian ini muncul sebagai salah satu tarian tradisional dari Sumatera Barat.

Salah satu daerah yang menjadi bukti populernya tarian ini adalah Bukittinggi pada masanya. Lebih tepatnya pada tahun 1920-an yang membawa babak baru dalam kiprah kesenian yang satu ini. Pada tahun itu juga, tarian ini selanjutnya menjadi bentuk tarian teater.

Salah satu tokoh yang sangat berjasa dalam perkembangan tari ini adalah Muhammad Rasjid Manggis. Tokoh inilah yang dianggap sebagai penciptanya dan Siti Agam yang ikut mengembangkan.

Siti Agam mengenalkan tarian ini dilingkungan yang cukup tepat, yakni di lingkungan sekolah di mana dia sedang mengajar, yakni di Normal School Bukittinggi. Kemudian disitulah pola tari lantai pada tari payung ini ditata dengan penuh makna tentang kisah cinta muda-mudi.

Namun uniknya, dalam catatan sejarah dijelaskan bahwa para penari payung ini bukan laki-laki dan perempuan, tetapi hanya perempuan saja. Seiring berkembangnya zaman, kreativitas dalam menampilkan tarian ini juga ikut berkembang, sehingga penari laki-laki ikut bermunculan.

Makna Tari Payung

Seperti yang telah saya jelaskan sedikit diatas tadi ya sobat, bahwa tari payung ini memiliki makna dan filosofi yang menarik. Umumnya, makna dari tarian ini adalah sebagai bentuk kasih sayang dan perlindungan dalam hubungan cinta.

Kasih sayang yang dimaksud disini adalah bentuk kasih sayang suami istri dalam membina kehidupan berumah tangga agar selalu berbahagia. Filosofi dalam tarian ini dapat Anda lihat dari gerakan dan properti yang digunakan di dalamnya.

Ketika pementasan, masing-masing penari akan memperagakan gerakan tari dan peragaan drama kisah cinta hingga mencapai pelaminan. (pernikahan). Semua gerakan yang terdapat di dalam tarian ini memiliki filosofi bahwa sepasang muda-mudi yang sudah dewasa dan saling mencintai lebih baik segera melakukan pernikahan.

Hal tersebut bertujuan untuk menghindar perilaku dan kejadian buruk pada pasangan itu sendiri. Selain itu, tarian ini juga menjelaskan bagaimana perilaku seharusnya bagi pasangan dalam berkasih sayang.

Perilaku yang dimaksud disini adalah yang sesuai norma agama dan norma adat.

Baca Juga : Tari Seudati: Sejarah, Asal, Komponen dan Perkembangan

Filosofi Tari Payung

Filosofi yang terkandung di dalam tarian ini dapat dilihat dari berbagai properti yang digunakan. Berikut ini filosofi yang terkandung di dalam berbagai properti yang terdapat di dalam tarian ini:

  • Filosofi Dari Payung

Properti payung dalam tarian ini digunakan oleh penari laki-laki. Alasan kenapa payung dijadikan properti untuk penari laki-laki adalah sebagai simbol pelindung.

Laki-laki adalah pilar utama dari keluarga, sehingga laki-laki harus dapat melindungi keluarga. Simbol itu akan terlihat dari penari laki-laki yang memayungi kepala penari wanita.

  • Filosofi Dari Selendang

Properti selendang dalam tarian ini digunakan oleh para penari wanita. Filosofi yang terkandung dalam selendang adalah pelambangan ikatan cinta suci dari pasangan.

Selain itu, properti ini juga bermakna kesetiaan seseorang wanita dan kesiapannya dalam membina rumah tangga bersama sang suami. Hal tersebut akan terlihat dari selendang yang diikatkan oleh penari wanita kepada penari laki-laki.

  • Filosofi Dari Lagu Pengiring

Lagu yang digunakan untuk mengiringi tarian ini berjudul “Babendi-bendi ke Sungai Tanang“. Lagu pengiring ini mengisahkan tentang sepasang suami istri yang sedang berbulan madu ke sungai tanang.

Properti Tari Payung

properti tari payung
pertunjukan Tari Payung di Menlu / IMG: backpanel.kemlu.go.id

Properti yang wajib ada dalam tarian ini adalah payung dan selendang, tidak lengkap jika dalam pementasan tarian ini tidak ada dua properti tersebut. Seperti yang sudah saya jelaskan di awal ya sobat, properti inilah yang menjadi sarana untuk penyampaian makna dan filosofi dari tarian ini.

Kedua properti ini ketika pementasan memasuki pertengahan hingga akhir tarian akan saling bertemu dan melengkapi satu sama lain. Seperti layaknya pada sepasang kekasih yang akhirnya dipertemukan di pelaminan (pernikahan) untuk menjalani kehidupan berumah tangga bersama-sama.

Gerakan Tari Payung

Gerakan yang terdapat di dalam tarian ini adalah bentuk pementasan kecil dari drama kisah percintaan. Tidak sama seperti tarian tradisional lainnya yang mempunyai gerakan khusus, tarian ini lebih cenderung bebas dan tidak terikat.

Walaupun demikian, penari harus memperhatikan keserasian gerakan payung oleh penari pria dan gerakan selendang oleh penari wanita.

Baca Juga : Tari Kecak Bali

Pengiring Tari Payung

Elemen pengiring dalam tarian ini ada 2 jenis, yakni berupa tabuhan alat musik tradisional dan sebuah syair khusus. Tabuhan dari alat musik yang digunakan dalam tarian ini berupa rebana, akordeon, gendang, dan gamelan khas melayu.

Alat-alat musik tersebut harus haruslah dimainkan sesuai dengan ritme dari tarian. Adapun untuk syair yang digunakan dalam tarian ini adalah syair lagu “Babendi-bnedi ke Sungai Tanang“.

Setting Panggung Tari Payung

Setingan panggung untuk pementasan tarian ini tidaklah terlalu rumit. Tarian ini dapat dipentaskan di mana saja, asalkan tempatnya lapangan luas.

Hal tersebut disebabkan para penari dalam tarian ini berjumlah banyak dan harus diatur agar tidak berbenturan ketika sedang menari. Pada saat pementasan tarian ini sangat ramai sekali, selain karena banyaknya pemain juga sangat menarik untuk ditonton.

Busana Tari Payung

Hampir semua jenis tarian tradisional pasti memperhatikan busana dan tata rias, hal ini juga berlaku pada tari payung. Untuk para penari wanita, busana yang digunakan adalah pakaian adat Melayu sesuai adat Minang yang terdiri dari:

  1. Baju kurung atau kebaya.
  2. Kain songket untuk bawahan.
  3. Mahkota berwarna keemasan untuk hiasan kepala.

Sedangkan untuk para penari laki-laki biasanya akan menggunakan busana yang terdiri dari:

  1. Baju lengan panjang.
  2. Celana panjang yang satu warna.
  3. Sarung songket.
  4. Kopiah Melayu.

Baca Juga : Tari Kipas Pakarena: Sejarah, Asal, Makna, Aturan, Busana dan pertunjukan

Penutup

Nah, mungkin hanya itu saja ya sobat informasi yang dapat saya berikan tentang tarian tradisional yang berasal dari daerah Minangkabau, Sumatera Barat. Semoga dengan sedikit informasi ini dapat membantu dan menambah pengetahuan sobat semua.

Jika terdapat kesalahan dalam penulisan kata ataupun terdapat informasi yang masih kurang jelas, mohon di maklumi ya sobat, sebab itu datangnya dari keterbatasan pengetahuan yang saya miliki. Cukup sekian dan salam dari penulis.

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *