Biografi Buya Hamka: Perjuangan Seorang Pemikir dan Penulis Hebat dalam Membangun Indonesia

profil buya hamka
sumber sangpencerah.id

Balaibahasajateng.web.id, Biografi Buya Hamka: Perjuangan Seorang Pemikir dan Penulis Hebat dalam Membangun Indonesia – Prof.Dr.H. Abdul Malik Karim Amrullah, lebih dikenal dengan nama panggilan Buya Hamka. Buya Hamka dilahirkan di Kabupaten Agam Sumatera Barat pada tanggal 17 Februari 1908 atau tanggal 13 muharam 1362 Hijriah.

Buya Hamka merupakan seorang ulama Indonesia (tokoh islam), seorang penulis novel, filosofer dan juga seorang aktivis politik. Buya Hamka merupakan anak pertama dari tujuh bersaudara. Berikut ini Biografi lengkapnya.

Daftar Isi

  1. Biografi Buya Hamka
  2. Pendidikan
  3. Karya
  4. Penutup

Biografi Buya Hamka

Nama LengkapHaji Abdul Malik Karim Amrullah
Lahir17 Februari 1908, Agam, Sumatra Barat
Meninggal24 Juli 1981, Jakarta
Orang TuaAyah: Amrullah Khatib
Ibu: Zainab binti Abdullah
PendidikanSekolah Rakyat
Sekolah Guru Agama
Sekolah Menengah Agama
MULO (Meer Uitgebreid Lager Onderwijs) di Padang Panjang
Sekolah Tinggi Islam di Bukittinggi
Universitas Al-Azhar di Kairo
GelarDoktor dalam Ilmu Agama
Karya TerkenalTafsir Al-Azhar
Di Bawah Lindungan Ka’bah
Tenggelamnya Kapal Van Der Wijck
dan lain-lain
AktivitasUlama
Penulis
Politikus
OrganisasiMajelis Syuro Muslimin Indonesia (Masyumi)
Konstituante
Majelis Ulama Indonesia (MUI)
PenghargaanBintang Mahaputra Utama dari Presiden Soekarno
Anugerah Seni dari Gubernur DKI Jakarta
dan sebagainya
IstriSiti Rahimah
AnakAhmad Dahlan Amrullah
Siti Nuraini Amrullah
Zainab Hamka

Catatan: Tabel biografi Buya Hamka disusun secara ringkas dan hanya mencakup informasi penting. Beberapa informasi mungkin tidak lengkap atau perlu diperjelas lebih lanjut.

Buya Hamka dibesarkan di dalam sebuah keluarga muslim yang taat. Ayahnya Abdul Karim Amrullah, yang merupakan seorang tokoh pembaharuan Islam di Minangkabau dan ibunya Sitti Shafiyah berasal dari artis keturunan minangkabau. Kakek dari Buya Hamka yang bernama Muhammad Amrullah dikenal sebagai seorang pegikut ketua jamaah Naqsyabandiyah.

Baca juga: Profil KH Ahmad dahlan

Pendidikan

Karya Buya hamka
Sumber bctemas.beacukai.go.id

Sebelum mengecam pendidikan di sekolah formal, Buya Hamka tinggal bersama dengan neneknya di sebuah rumah sebelah selatan Maninjau. Ketika Buya Hamka berumur enam tahun, Buya Hamka pindah bersama ayahnya ke Padang Panjang, Sumatera Barat.

Mengikuti tradisi yang umum di Minang, sebagai seorang anak Buya Hamka belajar Al Quran dan tidur di masjid yang berada di dekat rumah ia tinggal, karena anak laki-laki Minang tidak ada tempat untuk tidur di dalam rumah. Di dalam masjidlah Buya Hamka mempelajari Al Quran dan Buya Hamka senang mendengarkan kaba, sebuah cerita yang dinyanyikan bersama dengan music tradisional Minangkabau.

Interaksi yang dilakukannya dengan pelaku penyampai cerita memberikannya pengetahuan dari seni penyampai cerita dan penyusunan kata-kata. Kemudian, melalui novel-novelnya Buya Hamka sering memetik kosa kata dan istilah-istilah Minang. Seperti seorang penulis yang dilahirkan di daerah Minang dan peribahasa mewarnai karya-karyanya.

Pada tahun 1915, Buya Hamka duduk di Sekolah Rakyat dan belajar ilmu pengetahuan umum seperti matematika dan membaca. Dua tahun kemudian, ketika Buya Hamka asih belajar setiap pagi di Sekolah Rakyat, Buya Hamka juga belajar di Sekolah Diniyah setiap sorenya. Tetapi sejak ayahnya mendaftarkannya di Sumatera Thawalib di tahun 1918, Buya Hamka tidak lagi bisa masuk kelas di Sekolah Rakyat. Buya Hamka keluar dari sekolah setelah menamatkan dua kelas.

Setelah itu, Buya Hamka belajar di sekolah Diniyah setiap paginya, sedangkan di sore harinya dan malamnya belajar di Thawalib dibelakang masjid. Itu adalah aktivitas Buya Hamka setiap harinya. Sudah sangat padat jadwalnya setiap harinya.

Ketika belajar di Thawalib, Buya Hamka tidak dianggap sebagai seorang anak yang cerdas, Buya Hamka malah sering tidak masuk beberapa hari karena Buya Hamka merasa bosan dan memilih mencari ilmu pengetahuan dengan caranya sendiri. Buya Hamka lebih memilih untuk berada di sebuah perpustakaan yang dimiliki oleh gurunya Zainuddin Labay El Yunusy dari pada berkutat dengan pelajaran-pelajaran yang harus diingatnya di kelas.

Di dalam perpustakaan itu, Buya Hamka bebas membaca berbagai macam buku, bahkan beberapa Buya Hamka pinjam untuk dibaca dirumah. Akan tetapi, dikarenakan buku-buku yang Buya Hamka baca tidak ada kaitannya dengan pelajaran yang dia pelajari di Thawalib, Buya Hamka dimarahi oleh ayahnya tepatnya ketika Buya Hamka sibuk membaca buku Kaba Cindua Mato. Ayahnya marah dan berkata ‘apa kau ingin menjadi pembaca cerita?’

Untuk membuktikan usahanya kepada ayahnya dan sebagai hasil dari kontaknya dengan buku-buku Buya Hamka telah membaca mengenai keberadaan Jawa Tengah menyebabkan Buya Hamka sangat tertarik untuk berpindah ke pulau jawa. Buya Hamka memutuskan pergi ke pulau jawa.

Karya

Setelah banyak mendapatkan pengalaman dan ilmu pengetahuan di Jawa, Buya Hamka pindah ke Medan pada tahun 1936. Kemudian Buya Hamka menjadi editor di majalah Community Guidelines, dengan majalah ini.

Buya Hamka telah menulis banyak karya yang sangat berpengaruh dalam dunia keislaman dan sastra Indonesia. Beberapa karya terkenalnya antara lain:

  1. Tafsir Al-Azhar
  2. Di Bawah Lindungan Ka’bah
  3. Tenggelamnya Kapal Van Der Wijck
  4. dan lain-lain.

Karya-karya tersebut banyak dijadikan sebagai bahan pelajaran di sekolah-sekolah dan perguruan tinggi di Indonesia

Karya-karya Buya Hamka telah diakui oleh banyak pihak dan ia mendapatkan banyak penghargaan atas kontribusinya dalam dunia keislaman dan sastra Indonesia. Beberapa penghargaan yang pernah ia terima antara lain Bintang Mahaputra Utama dari Presiden Soekarno, Anugerah Seni dari Gubernur DKI Jakarta, dan sebagainya.

Baca juga: Biografi Moh Hatta

Penutup

Sebagai sebuah tokoh besar di Indonesia, Buya Hamka memberikan kontribusi yang besar bagi dunia pendidikan, keagamaan, dan kesusastraan di Indonesia. Karya-karyanya yang monumental telah memberikan pengaruh yang signifikan terhadap pemikiran masyarakat Indonesia. Dalam menghadapi perubahan zaman, semoga kita dapat mempertahankan dan menghargai nilai-nilai yang diperjuangkan oleh Buya Hamka.

Saya berharap bahwa informasi mengenai biografi Buya Hamka yang telah disampaikan dapat memberikan manfaat dan wawasan yang luas bagi pembaca. Semoga dengan mengetahui lebih lanjut tentang sejarah hidup dan prestasi beliau, kita dapat mengambil inspirasi dan menjadi lebih baik dalam berkarya dan berkontribusi bagi masyarakat dan bangsa.

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *