Biografi Sisingamangaraja XII

biografi Sisingamangaraja
sumber: sumutprov.go.id

Biografi Sisingamangaraja XII, Pahlawan Perjuangan Kemerdekaan – Lahir dengan nama Patuan Besar Ompu Pulo Batu biasa dikenal dengan nama Sisingamangaraja XII. Yuk kita simak secara singkat biografi Sisingamangaraja XII.

Daftar Isi

Biodata Sisingamangaraja XII

Nama LengkapSisingamangaraja XII
Nama LahirTuan Maulana Raja Dilaga
Lahir18 Februari 1845
Tempat LahirBakkara, Tapanuli
Wafat17 Juni 1907
Tempat WafatBalige, Tapanuli
AyahRaja Sohahuaon Sinambela
IbuRatu Siti Hatijah
AgamaIslam

Sisingamangaraja XII, yang memiliki nama asli Tuan Maulana Raja Dilaga, adalah seorang pahlawan nasional Indonesia yang berasal dari Tapanuli, Sumatera Utara. Dia lahir pada tanggal 12 September 1845 di Bakkara, Tapanuli, dan wafat pada tanggal 17 Februari 1907 di Balige, Tapanuli.

Biografi singkat Sisingamangaraja XII

Sisingamangaraja XII lahir pada tahun 1849 di Bakkara, Tapanuli. Sisingamangaraja XII merupakan pewaris atau putra mahkota dari ayahnya Sisingamangaraja XI (rajanya singa) yang telah meninggal di tahun 1867.

Sisingamangaraja XII merupakan raja keagamaan terakhir dari orang-orang Batak di Sumatera Utara. Dalam hal perjuangan perang gerilya dalam waktu yang panjang melawan kolonisasi Belanda di Sumatera dari tahun 1878 dan tahun-tahun berikutnya.

Sisingamangaraja XII dibunuh di peperangan kecil dengan pasukan Belanda di tahun 1907. Sisingamangaraja XII dideklarasikan sebagai salah satu pejuang nasional Indonesia di tahun 1961 karena perlawanannya terhadap kolonialisme Belanda.

Seperti disebutkan sebelumnya, Sisingamangaraja XII merupakan garis keturunan terakhir dari tokoh masyarakat yang dikenal sebagai Parmalim (pemimpin keagamaan) yang dihormati sebagai raja yang dituhankan dan penjelmaan dari Batara Guru, sama seperti dewa Shiwa dalam keagamaan di pulau Jawa.

Sisingamangaraja dipercaya untuk mempunyai kekuatan seperti kemampuan untuk menyingkirkan roh-roh jahat, memanggil hujan turun dan mengontrol pertumbuhan padi.

Sisingamangaraja tidak dilihat secara normal sebagai seorang tokoh politik tetapi ketika Belanda mengkolonisasi dan misionaris/utusan keagamaan Kristen mulai menembus daerah Sumatera Utara dari tahun 1850an ke depan baik Sisingamangaraja XI dan Sisingamangaraja XII menjadi focus pertahanan masyarakat Batak terhadap colonial Belanda.

Meskipun Sisingamangaraja XI, XII dan rakyatnya secara pribadi tidak menolak penyebaran Kristen, kedua raja tersebut menghadapi tekanan untuk bertindak atau bersikap dalam daftar tradisi kepala orang-orang Batak dan tetanganya kesultanan Aceh, yang mana saat itu sedang melakukan perang melawan Belanda sejak tahun 1873.

Baca juga: Biografi Tuanku Imam Bonjol

Perlawanan terhadap Belanda

Di bulan Februari 1878, Sisingamangaraja XII melakukan sebuah upacara keadamaan untuk mengumpulkan orang-orang batak di belakangnya dalam sebuah perang melawan Belanda. Pasukan Sisingamangaraja XII menyerang pos terdepan Belanda di Bakal Batu, Tarutung tetapi mereka dikalahkan.

Mereka membentuk kelompok lagi dan melancarkan sebuah serangan baru di tahun 1883 hingga 1884 dengan bantuan orang-orang Aceh, penyerangan pasukan Belanda di Uluan dan Balige di bulan Mei 1883 dan di Tangga Batu di tahun 1884.

Belanda menumpuk respon yang keras, menyiksa dan membunuh orang-orang batak yang dituduh sebagai pengikut-pengikut Sisingamangaraja XII, begitu pula melakukan pembakaran rumah dan menjatuhkan hukuman pajak. Belanda menawarkan hadiah bagi siapa pun yang memiliki informasi keberadaan Sisingamangaraja XII namun belanda tidak mampu menangkap Sisingamangaraja XII.

Di tahun 1904, pasukan belanda di bawah pimpinan Lt Col Gotfriend Coenraad Ernst van Daalen menyerang tanah gayo dan beberapa daerah sekitar danau toba dengan tujuan menghancurkan ketahanan orang-orang batak.

Pasukan Sisingamangaraja XII terpaksa melakukan perang gerilya dan menghindari pasukan-pasukan Belanda. Belanda menambah pasukannya dan juga peralatannya sebelum melancarkan penyerangan lainnya di tahun 1907 melawan pasukan Sisingamangaraja XII yang tersisa di daerah Toba.

Baca juga: Biografi Jendral Sudirman Sang Panglima Termuda Pertama

Sebuah pertempuran terjadi di Pak Pak antara Belanda yang dipimpin oleh kapten Hans Christoffel dan pasukan Sisingamangaraja XII. Pada tanggal 17 Juni 1907 Sisingamangaraja XII dibunuh di sebuah bentrokan di Dairi bersama dengan anak perempuannya Lopian dan anak laki-lakinya Patuan Nagari dan Patuan Anggi. Sisingamangaraja XII dimakamkan di Tarutung kemudian dipindahkan ke Balige kemudian pindah lagi ke pulau Samosir.

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *